27 September 2016

Hujan Hujanan

Lama sudah anak-anak tidak main hujan-hujanan. Padahal musim hujan tahun ini cukup sering. Bulan Juli hingga September bahkan terlewati dengan hujan yang hadir. Hanya saja anak-anak kini jarang bermain hujan-hujan karena memang aktivitasnya sudah padat. Dik Adhan bahkan membeli jas hujan agar jika berangkat atau pulang sekolah tidak terkena hujan langsung.


Nah disebuah sore yang cukup cerah, hujan turun dengan derasnya. Tiba-tiba dia berkeinginan main hujan-hujanan. Akhirnya mama papa mengijinkan hanya mama pesan supaya tidak keluar rumah. 

Sedang papa mengijinkan adik bersepeda meski hanya di mawar VI. Mama takut karena petir sedang papa justru merasa aman bila hanya diseputar perumahan toh petir tidak menyambar berulang kali juga hujan tidak sangat deras.

Akhirnya adik keluar rumah dengan sepedanya dan mondar mandir dengan kayuhannya. “Asyik banget” katanya ketika ditanya papa. Kakaknya kemudian keluar dan melihat adiknya main hujan. Sebenarnya dia ingin nyusul namun karena habis mandi dan mencuci pakaiannya tentu tidak mungkin turut bermain hujan diluar.

Manfaat main hujan sesekali yakni menguji ketahanan fisiknya tentu dengan catatan tertentu. Misal hujan turun bukan setelah cuaca terik, tidak sangat deras intensitasnya, tidak ada petir dan kilat yang terus menerus menyambar, tidak dilakukan ditempat terbuka.

Saat mas dan mbak kecil, mereka juga kadang diijinkan hujan-hujanan. Alhamdulillah ketika SMP, kadang terkena terik atau hujan mereka cukup tangguh, tidak mudah sakit.
Semoga kalian tetap sehat ya nak.

22 September 2016

Kena Tilang Kedua Kali

Sejak tahun ajaran baru, mas afin dan mbak alma ke sekolah dengan berkendara. Mereka diijinkan berkendara dengan prosedur pengawasan yang ketat, tidak sembarangan. Pertama, mereka belajar berkendara dengan diawasi langsung papa. Mbak Alma relative cepat dilepaskan karena perhitungan berkendara lebih matang.


Sedangkan mas Afin kira-kira 2 bulan baru diijinkan memakai kendaraan. Kenapa lebih lama? Karena cara berkendaranya memang terlalu ceroboh. Itupun sempat mengalami beberapa kejadian dan menyebabkan mendapat sanksi dari papa. Test drive mas Afin tidak sekedar berkendara didalam kota bahkan jarak jauh hingga ke Wonosobo. Meski tidak terus sebagai driver namun setidaknya jadi indicator bagaimana cara berkendaranya.

Tidak mungkin mereka tidak dilepas berkendara sendiri namun dengan berbagai pembelajaran harusnya membuat mereka semakin hati-hati. Agak sulitnya mereka berdua jarang hapal cepat sebuah jalur atau rute sehingga bila bepergian mama papa harus memastikan mereka tahu.
Mbak Alma sendiri pernah nyasar dari Kota Barat hingga Gading padahal arah ke sekolahnya berbeda 180 derajat.

Salah satu yang dikhawatirkan ketika mereka berkendara bila ada razia kendaraan. Nah tanggal 20 lalu mas Afin kena tilang karena memang melewati razia. Meski sebelumnya sempat lolos dari razia 2 kali karena memakai metode menyalakan sign kiri. Katanya sih itu tanda pengendara anak polisi dan harapannya bisa dilepaskan. Efektif di 2x razia namun akhirnya kena juga karena pas lewat kebetulan razia gabungan.

Kami memang berpesan tidak boleh melanggar aturan bahkan melarikan diri saat ada razia. Jelas tidak mungkin dan resiko melarikan diri akan jauh lebih berbahaya daripada pasrah. Memang tidak mudah memperingatkan anak-anak tapi proses itu harus dilewati.

Mengajarkan anak-anak mengendarai kendaraan dengan aman jauh lebih penting dibandingkan dengan kebanggaan anak sudah bisa berkendara sejak dini. Mematuhi peraturan lalu lintas jelas hal yang utama juga etika berkendaara. Anak-anak harus memiliki etika dijalanan dan menghormati pengguna jalan lain termasuk pesepeda, becak, pejalan kaki dan sebagainya. Santun dijalanan inilah yang hampir jarang kita temukan pada anak-anak yang berkendara dijalanan.

11 September 2016

Mengulik OSIS MAN 1 Surakarta

Aku memilih masuk di MAN 1 Surakarta yang berlokasi di Jl. Sumpah Pemuda No.25 Kadipiro Surakarta. Sekolah ini merupakan sekolah negeri yang berlindung di bawah kementrian agama. Sekolah ini terhitung strategis, karena letaknya di dekat kantor kelurahan, universitas slamet riyadi/Unisri, serta tentunya TPU Bonoliyo tercinta(:3). Selain itu, tentunya di sekitar sekolah ini terdapat tempat foto copy an, laundry, hingga alfamart.


Oke aku lanjut, aku masuk di kelas X IPS 4 program regular dimana satu bulan hanya diwajibkan membayar spp Rp 125.000, dimana program ini lebih awal pulangnya serta lebih murah biayanya (hihihi). Pada angkatan ku, cowok dan cewek berbeda kelas, tidak boleh dicampur untuk mengurangi hal-hal yang berbau negatif. Tapi menurutku percuma jika itu berlaku hanya saat jam pelajaran. Kan percuma saja hanya di jam pelajaran, saat istirahat semua anak kan bebas keluar untuk jajan atau gimana. Dan pasti ikhwan dan akhwat juga saling berpapasan. Dan di sekolah ku ini gak ada kantin khusus ikhwan dan kantin khusus akhwat. Jadi di luar jam pelajaran mereka tetap bisa untuk berinteraksi terutama untuk anak organisasi.

Dan di MAN aku dituntut untuk berubah daripada saat smp oleh orang tuaku. Entah dari sikap, perilaku, cara belajar, dsb. Nah untuk itu di MAN  aku ikut OSIS. Menurutku dari osis kita belajar bagaimana bersikap antar sesama, kemudian untuk cara mengatur belajar agar lebih diefektifkan karena sebagian waktuku di sekolah juga digunakan untuk OSIS. Karena saat MTs aku gak ikut ekskul atau organisasi satu pun, sehingga ketika sampai di rumah biasanya aku hanya berleha-leha menunggu waktu magrib, karena saat MTs pulang jam 2.10 dengan naik sepeda maka sampai rumah bisa waktu Ashar.

Nah, di OSIS ini, terbagi dalam 8 departemen. 1 : Inti, 2 : Ilpeng, 3 : Jurnalistik, 4 : Kaderisasi, 5 : Kesehatan, 6 : Kesenian, 7 : PPBN, 8 : Rohis. Nah, dari semua departemen itu aku memilih masuk Rohis. Dengan alasan, aku dulu lulusan MTs sehingga menurutku pengetahuan tentang agama sudah cukup baik. Kemudian aku menjalani seleksi hingga pengumuman akhirnya aku diterima tetapi dimasukkan kedalam departemen Jurnalistik karena latar belakang ortuku yang ku ceritakan saat tes masuk OSIS.

Aku juga dipilih menjadi sekertaris 3 dimana menurutku itu gak terlalu keren sama sekali. Karena awalnya aku disuruh jadi ketua 2 dibawah temenku Galih tp aku menolak karena diriku saat itu masih malu-malu belum terlalu PD dan menurutku ketua II tanggung jawabnya gak kalah besar dibanding ketua I. Jadilah aku sekertaris 3.

Nah, program kerja departemen jurnalistik ialah sbb : Mading, Dokumentasi keg. OSIS, membuat Majalah al-adzkia, membuat ID Card bekerja sama dengan Inti, dsb. Nah selama satu semester itu aku Cuma ngalir saja nek disuruh itu tak kerjakan tugase. Nek disuruh apa tak kerjakan. Nek misale rapat global kalo ada proker besar saat itu aku Cuma ndengerin sama nyatet tugas ku aja, aku jarang usul. Ya sperti itulah aku di jurnalistik selama satu semester pertama.

Memasuki semester 2, aku di reshuffle oleh mas Saghar, dari dep Jurnalistik dipindah ke Dep Kesehatan dimana aku dipindah dengan alasan menurutku karena di depkes yang laki-laki nggak ada yang kelas satu adanya kelas 2, nah aku yang saat itu kelas 1 diinginkan mampu menjadi penerus dari cowok kelas 2, lebih tepatnya memimpin  depkes untuk ke depannya.

Sapaan dalam Bahasa Jerman

Sapaan dalam Bahasa Jerman

Selamat Pagi (good morning)  Ã  Guten morgen
Selamat Siang (good afternoon) à Guten tag
Selamat sore (good evening) à Guten abend
Selamat malam (good night) à Gute nacht (tanpa n)

Q : Bagaimana kabarmu? (How are you?)
Wie geht es Ihnen? Atau bisa disingkat dengan wie geht’s?
A : Aku baik-baik saja, terima kasih (I am fine, thank you!).
Gut, danke! / Danke, gut!
Prima, danke! / Danke, prima!
Danke, es geht!
Es geht mir gut
Lelah (Tired)
Mude
Tidak terlalu baik (Not too good)
Nicht so gut
Q : Siapa namamu? (What is your name, please?)
Wie ist Ihr Name, bitte? 
Wie heissen Sie?
Wie heissen du?
A : My name is…
Mein Name ist…
Ich bin…
Ich heisse…

Q : Darimana kamu berasal? (Where do you come from?)
Woher kommen Sie?
A : Saya berasal dari (I come from)
Ich komme aus…
Q : Dimana kamu tinggal? (Where do you live?)
Wo wohnen Sie?
A : Aku tinggal di (I live in)…
Ich wohne in…
Ich wohne bei…
Q : Berapa usiamu? (How old are you?)
Wie alt sind Sie?
Wie alt bist du?
A : Umurku … tahun (I am … years old)
Ich bin … jahr
Q : Apa hobimu? (What is your hobby?)
Was ist Ihr Hobby?
A : Hobiku adalah … (My hobby is / my hobbies are…)
Mein Hobby ist…
Mein Hobby aus…

Catatan :
Saya (I) à ich
Kamu (you) à du
Dia perempuan (she) à sie
Dia laki-laki (he) à er
Itu (it) à es
Kami / kita (we) à wir
Kalian à Ihr
Mereka (they) à sie
Anda à Sie





05 September 2016

Ultah Tanpa Mas dan Mbak

Tiga hingga empat hari menjelang ulang tahunnya, dik Adhan sering berbicara mengingatkan. “Siapa ya yang sebentar lagi ulang tahun?” dengan mata berbinar. Tentu kami semua tertawa mendengarnya. Ah sepertinya dia menunggu moment ini dengan amat sangat. Kami kadang menimpali dengan berpura-pura lupa, “emang ada yang mau ultah?”.


Dia pun menjawab dengan bersungut-sungut. Sepertinya dia menunggu hari lahirnya dengan amat sangat. Di waktu lain kadang papa bertanya “memang pengen hadiah apa?” dia menjawab terserah yang mau memberi hadiah, masak diberitahu. Nah sayangnya pas tiba hari Sabtu tanggal adik berulang tahun kedua kakaknya punya kegiatan di sekolah.

Sehingga dia pun tidak merasa senang dengan hal itu. Sabtu pagi, kami mengucapkan selamat ulang tahun. Dan mama menyampaikan perkataan adik pagi hari. “Aku membayangkan ada kue dan lilin terus sama hadiah” ujarnya.

Ah, tentu tak tega untuk tidak membelikannya kue dan lilin untuk ditiupnya. Sesudah pulang sekolah, kue, lilin dan tak lupa kado ultah sudah siap diatas meja. Begitu papa pulang futsal disambutnya dengan mengajak meniup lilin serta membuka kado. Dia gembira bukan kepalang.

Hadiah mobil remote control yang diinginkannya terlihat waktu membuka kado. Dia kemudian mencobanya dan terlihat sangat gembira. Bahkan terik siang mau diterjangnya, namun papa meminta untuk bersabar bermain. Sebaiknya sore hari ketika matahari sudah condong ke barat. Benar saja, sore dan malam dia bermain mobil itu. Sejenak sepeda yang menemaninya dibiarkan tetap diteras.

Meski tanpa mas dan mbak, dia tetap ceria. Tapi dia tak sabar menunggu mbak Alma segera pulang karena ingin tahu apa kado yang bakal diberikan kakak perempuannya. Sayang, selamat ulang tahun. Lekas besar dan gapailah cita-citamu. Jadilah anak yang membahagiakan semua orang. Cita-citamu yang bisa bekerja dilingkungan kereta api semoga bisa terkabul.

Template by:

Free Blog Templates