22 September 2016

Kena Tilang Kedua Kali

Sejak tahun ajaran baru, mas afin dan mbak alma ke sekolah dengan berkendara. Mereka diijinkan berkendara dengan prosedur pengawasan yang ketat, tidak sembarangan. Pertama, mereka belajar berkendara dengan diawasi langsung papa. Mbak Alma relative cepat dilepaskan karena perhitungan berkendara lebih matang.


Sedangkan mas Afin kira-kira 2 bulan baru diijinkan memakai kendaraan. Kenapa lebih lama? Karena cara berkendaranya memang terlalu ceroboh. Itupun sempat mengalami beberapa kejadian dan menyebabkan mendapat sanksi dari papa. Test drive mas Afin tidak sekedar berkendara didalam kota bahkan jarak jauh hingga ke Wonosobo. Meski tidak terus sebagai driver namun setidaknya jadi indicator bagaimana cara berkendaranya.

Tidak mungkin mereka tidak dilepas berkendara sendiri namun dengan berbagai pembelajaran harusnya membuat mereka semakin hati-hati. Agak sulitnya mereka berdua jarang hapal cepat sebuah jalur atau rute sehingga bila bepergian mama papa harus memastikan mereka tahu.
Mbak Alma sendiri pernah nyasar dari Kota Barat hingga Gading padahal arah ke sekolahnya berbeda 180 derajat.

Salah satu yang dikhawatirkan ketika mereka berkendara bila ada razia kendaraan. Nah tanggal 20 lalu mas Afin kena tilang karena memang melewati razia. Meski sebelumnya sempat lolos dari razia 2 kali karena memakai metode menyalakan sign kiri. Katanya sih itu tanda pengendara anak polisi dan harapannya bisa dilepaskan. Efektif di 2x razia namun akhirnya kena juga karena pas lewat kebetulan razia gabungan.

Kami memang berpesan tidak boleh melanggar aturan bahkan melarikan diri saat ada razia. Jelas tidak mungkin dan resiko melarikan diri akan jauh lebih berbahaya daripada pasrah. Memang tidak mudah memperingatkan anak-anak tapi proses itu harus dilewati.

Mengajarkan anak-anak mengendarai kendaraan dengan aman jauh lebih penting dibandingkan dengan kebanggaan anak sudah bisa berkendara sejak dini. Mematuhi peraturan lalu lintas jelas hal yang utama juga etika berkendaara. Anak-anak harus memiliki etika dijalanan dan menghormati pengguna jalan lain termasuk pesepeda, becak, pejalan kaki dan sebagainya. Santun dijalanan inilah yang hampir jarang kita temukan pada anak-anak yang berkendara dijalanan.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates