26 Juni 2014

Mengejar Batasan Nilai Yang Standart

Memacu, memotivasi, menumbuhkembangkan minat terutama dalam hal belajar tidak mudah. Sebagai orang tua, mama papa harus lakukan itu.

Pengalaman mama papa sangat berkebalikan. Mama dibiarkan saja soal belajar sedangkan papa selalu didorong. Tetapi hasilnya sangat berlawanan. Mama prestasi SMP dan SMA luar biasa sementara papa tetap biasa saja meski SMP dan SMA lebih bagus hasilnya dibandingkan saat SD.


Ini semua mendorong mama papa mengkolaborasikan model pembelajaran yang tepat sesuai karakter mas Afin dan mbak Alma. Semua memang harus didorong agar hasil pembelajarannya jauh lebih baik dari mama papanya. Makanya model pembelajaran mas dan mbak berbeda. Walau begitu, belajar tiap malam tetap harus.

Setidaknya hasil yang didapat di SD lebih bagus dari mama papanya. Keluaran semesteran, nilai yang didapatkan masih belum bisa stabil. Naik turun nilainya kadang terlalu ekstrem. Mama papa masih berupaya mencari cara yang jauh lebih tepat agar hasil tiap semesteran bisa stabil atau naik meski dalam nol koma.

Syukurlah, di MTSN 01 Surakarta, hasil mereka relatif cukup baik. Papa mama tidak begitu menekankan ranking melainkan nilai dan batasan pelajaran utama.

Bukan apa-apa, mereka berdua secara kapasitas mampu meraih semua itu. Motivasi terutama sewaktu ujian diberikan agar mereka merasa optimis. Pun selama ujian mereka beberapa kali tetap naik sepeda, lebih bebas katanya. Hasilnya? Alhamdulullah masih diatas 80.

21 Juni 2014

Pengalaman Menghadapi Nyala Api Di Kabel Listrik Rumah

Sore itu papa pulang agak telat karena memang ada acara. Saat di Kemlayan tiba-tiba dapat sms dari mas Afin yang memberitahukan kalau acara sudah selesai langsung pulang. Rumah mau kebakaran!

Otomatis papa langsung nelpon kerumah, ada masalah apa? Rupanya terminal listrik yang dekat kulkas terbakar. Alhamdulillah tidak sempat merembet kemana-mana. Almari kayu yang digunakan sebagai rak sepatu aman walau sempat gosong.

Begitu selesai acara, papa bergegas menuju rumah. Benar lampu masih mati. Walau papa tadi sudah mencoba menginstuksikan ke mas, tetap tak mau menyala. Papa memanggil tetangga untuk dimintai tolong membetulkan. Habis maghrib si tetangga datang dan membetulkan. Tidak ada kerusakan apapun dan tindakan yang diambil sudah benar.

Jadi tadi saat menyalakan sanyo, tiba-tiba air tidak keluar. Mama menengok ke bawah, rupanya api menyala di terminal listrik. Secara reflek mama meminta mas mematikan listrik dari bougenser dan api yang menyala disiram air.

Oleh pak Agus, kami diberitahu untuk merubah jenis steker, saklar gantung yang digunakan didekat kulkas. Sebab secara kualitas sudah bagus hanya saja kemungkinan konslet karena sering goyang. Mbak dan mas juga sekalian dibriefing papa supaya tahu antisipasi yang harus dilakukan. Keliatannya sepele tetapi dampaknya bisa sangat luar biasa.

19 Juni 2014

Dik Adhan Pemberani Di Akhirussannah

Hari Kamis, 19 Juni 2014 merupakan salah satu moment penting bagi si kecil, Anugrah Ramadhan Aira. Dia akan masuk hari terakhir di PAUD dalam acara akhirussannah.

Mama papa tidak tahu apakah dik Adhan akan banyak terlibat acara. Namun yang mama sedikit mengerti, bahwa adik akan melakukan gerak dan lagu. Soalnya pernah menjemput saat adik masih latihan. Hari itu, sekolah sudah ramai maklum undangan ditujukan pada orang tua juga.

Sekitar pukul 08.30 acarapun dimulai....

Benar saja, adik turut dipanggil memperagakan gerak dan laku. Yang membuat mama dan papa terkejut yakni begitu namanya disebut dia langsung beranjak dan naik ke atas panggung. Luar biasa bagi kami.

Hal itu tidak pernah terjadi pada 2 kakaknya. Namanya juga PAUD, gerakannya masih kurang seragam dan tidak teratur. Yang jelas dik Adhan tetap mau gerak dan bersemangat. Pasca tampil, jempol 2 buat adik. Rupanya adik masih dipanggil untuk hapalan surat pendek dan hadist.

Wow, berani dan suaranya lantang. Betul-betul pemberani yang luar biasa. Cuma selama acara memang belum mau bermain sama teman-temannya. Nemplok aja sama mama. Semoga ntar di TK makin berani dan tetap percaya diri ya dik. Alhamdulillah semua kegiatan PAUD bisa diikuti dan tuntas. Turut dibagikan hasil pekerjaan dik Adhan selama setahun.

17 Juni 2014

Berkunjung Ke Perkemahan Mbak Alma

Kini giliran mbak Alma akan melakukan kemah selama 3 hari. Namun karena mas Afin pernah mengalaminya, tentu lebih tenang. Segala persiapan dilakukan supaya ga ada yang ketinggalan atau tercecer.

Lokasinya berbeda dengan lokasi mas Afin yang jauh. Beruntung ada orang tua teman mbak Alma yang bisa nganter sehingga Sabtu 14 Juni papa cuma mengantar sampai sekolah. Minggu malam kami semua menengok mbak Alma.

Mas Afin berkendara sendiri sementara papa, mama dan dik Adhan berboncengan.

Sampai dilokasi, eh mbak Alma cuma gitu-gitu aja. Ketemu cuma sebentar saja padahal perjalanan jauh. Senin siang papa menjemput di lokasi, desa Sembungan Nogosari Boyolali. Dirumah banyak hal yang diceritakan termasuk jalan malam yang juga ditakuti kakak pramuka.

Dalam kurun 3 hari itu, rata-rata pada mandi 2 kali. Bagi mama papa, yang penting pengalaman berkemah itu yang berkesan. Tidak ada lagi yang bisa diulangi. Mbak Alma bertutur bahwa tidak mengalami ketakutan saat berjalan malam, cuma pengaruh rombongannya yang menjerit mbak Alma ikut lari. Eh depannya terjatuh, lalu mbak Alma disusul 2 temannya.

Sewaktu sampai rumah, mbak Alma kemudian mengganti tidur. Dik Adhan yang merasa kangen sama mbaknya terus saja nempel, ngikutin kemana mbak Alma bergerak....

06 Juni 2014

Menarik Minat Anak Pada Membaca, Menulis Atau Mendongeng

Memiliki anak gemar membaca, menulis atau bercerita sebenarnya bukan tanpa rangsangan. Semua dilakukan melalui proses yang sederhana namun harus kontinue. Tanpa konsistensi proses, ya ga bakalan tiba-tiba anak memiliki kegemaran tersebut.

Sebuah barang selalu melalui proses dari pengolahan.

Makanya mendidik anak sejak dini sehingga menjadi seseorang yang memiliki karakter ibarat orang tuanya itu pabrik. Maksudnya bukan hanya melahirkan lantas selesai. Berharap lembaga pendidikan memberi ilmu dan kegemaran tidak mungkin. Sekolah-sekolah kita hanya membekali ilmu, bukan membentuk karakter.

Berharap sekolah mampu membentuk karakter bagaikan mimpi sebab kurikulum sekolah di Indonesia lebih fokus pada kemampuan anak dalam memiliki pengetahuan. Jadi aspek kognitif yang dibentuk bukan pembentukan karakter. Kami dirumah sering memberi contoh gemar membaca, saling bercerita atau main tebak-tebakan.

Buku, koran, cerita adalah tradisi dalam keluarga yang terus dicontohkan.

Kini si kecil, dik Adhan sudah mulai tertular virus itu. Pulang sekolah mama papa sering bertanya aktivitas di sekolah kemudian ditanya secara mendalam. Akibatnya adik juga suka bertanya mendetil tentang apa yang mau diketahui terutama soal kereta. Bahkan ada kata asal-asalan yang turut ditanyakan.

"Mbah, dran itu apa mbah" tanya adik pada mbah utinya. Nggak tahu dapat kata dari mana dan itu menjadi candaan kami semua. Syukurlah rangsangan itu sudah membudaya dalam dirinya.

05 Juni 2014

Mari Benahi Bersama Ya Nak

Berbohong merupakan perbuatan dosa dan tidak disenangi siapapun. Anak-anak suka mencontoh akan hal ini. Orang tua merupakan contoh yang dilihat pertama oleh anak dan selanjutnya lingkungan. Anak dibawah usia 7 tahun sebetulnya belum tahu konsep tindakan sehingga seringkali dia melakukannya karena mencontoh dan tidak faham tindakannya itu baik atau enggak, salah atau tidak.

Dalam keluarga kami, sudah ada 2 kakak yang cukup besar (SMP) dengan pergaulan yang beragam. Konsep berbohongpun mereka mengerti. Sayangnya seusia mereka belum tahu bahwa tindakan tidak benar itu kalau dicontoh anak kecil akan berbahaya dimasa depan.

Kemarin saat mbak Alma dan dik Adhan main petak umpet, mas Afin menunjukkan dimana mbak Alma sembunyi. Karuan mbak Alma bilang ke adiknya bahwa dirinya ditemukan dengan petunjuk mas Afin. Mas Afin membantah namun dik Adhan bilang iya. Papa marah tahu hal ini. Mbak Alma dan Mas Afin, keduanya kena tegur papa.

Papa menjelaskan untuk tidak memberi contoh tidak baik. Bukan hanya itu, sebab jika adik belajar hal tidak baik sejak kecil, akan sulit membenahi ketika kelak nanti. Sudah ada beberapa contoh yang dilakukan dik Adhan. Ditegur tidak boleh bohong ya otomatis dia menolak. Sebab anak seusia itu tidak faham berbohong itu apa.

Semoga hari-hari ke depan mas Afin dan mbak Alma memahami serta menjaga diri. Bahwa perbuatannya akan senantiasa dicontoh adik kecilnya. Mereka berdua yang dididik hati-hati saja masih terus dibimbing hingga kini. Pun soal tugas harian apalagi kalau sejak kecil tidak dikenalkan hal-hal baik, tugas serta konsekuensinya.

03 Juni 2014

Saatnya Bertanggungjawab Pada Sekeliling Rumah

Anak-anak mama papa mulai tumbuh besar, dan kini usia mereka bakal memasuki 13 dan 14 tahun. Usia yang menurut mama papa sudah mulai memiliki kewajiban dirumah. Usia yang tidak sekedar memiliki kewajiban pada diri sendiri seperti sholat, sekolah, belajar namun tanggung jawab pada hal-hal kecil dirumah.

Mama papa percaya, tanpa latihan semua tidak akan bisa melakukan tanggungjawab kecil seperti mengunci pintu rumah!

Maka dari itu, sejak pagi mas Afin dan mbak Alma memiliki tanggungjawab dirumah. Menyapu misalnya dan setelah itu mereka bersiap bersekolah. Sore hari setelah pulang ya bermain dengan adiknya. Mencuci daleman sendiri, menutup korden, menyalakan lampu jalan, menaruh jimpitan merupakan tugas atau tanggungjawab rutin harian mereka.

Yang mingguan atau sesekali dalam seminggu misalnya mengepel serta membersihkan lantai kamar mandi. Kebiasaan ini sudah dimulai sejak mereka dikelas 7 dan 8. Mama papa mengamati saudara dan tetangga yang tidak dididik untuk punya tanggungjawab dirumah, akibatnya benar-benar merepotkan.

Saat berkunjung, sama sekali ga peduli soal mencuci piring atau menyapu. Mama papa tak mau begitu. Mama papa selain belajar dari saat mama papa waktu kecil, lingkungan dan juga tetangga. Jangan sampai anak-anak mama papa besar membuat malu dan tidak tahu tanggungjawabnya.

02 Juni 2014

Apakah Dik Adhan Akan Menjadi Penulis? Semoga

Usianya memang belum genap 5 tahun serta belum bisa membaca. Namun menggemari buku, membuka buku, bertutur kata termasuk dalam hobinya. Kondisi dik Adhan tidak ditemui di kedua kakaknya. Mas Afin yang hobi membaca tapi tidak suka menulis atau mbak Alma hobi membaca juga menulis. Kan karyanya udah diterbitkan 8 kali.

Mama papa bersyukur, potensi membacanya cukup tinggi. Bila mas dan mbak dibimbing 2 orang, sementara dik Adhan mencontoh 4 orang sekaligus. Gimana ga suka buka buku? Dia juga sudah rutin meminjam buku di perpustakaan Ganesha. Disela-sela main, dia mengambil buku, dibuka-buka, diamati kalau ada yang tertarik ya ditanyakan.

Setelah itu ditutup, dikembalikan ke tempatnya dan bermain lagi. Hampir tiap hari begitu. Mama sudah berpesan ke mbak Alma untuk sering diajari bercerita. Sekitar 10an hari terakhir, dik Adhan sudah mau bermain peran memakai permainan sederhana berupa kertas bergambar hewan, pohon yang ditempeli sedotan dibelakangnya.

Beberapa cerita telah direkam, mama papa tahu meski belum sempat melihatnya. Ada potensi dalam dirinya mengikuti jejak mbak Alma atau mamanya yang memang kuat untuk menulis cerita. Sebenarnya potensi ini diharapkan muncul saat dia di TK atau setidaknya kelas 1. Sehingga di kelas 3 mulai bisa menulis cerita. Lumayan, lebih dulu setahun dibanding kakaknya yang penulis.

Kami semua tidak memaksa dik Adhan bisa membaca sejak dini. Tidak hanya huruf latin namun juga Iqra sudah berlatih tekun. Bukan hal yang sulit bila suasananya dikondisikan. Terbukti dik Adhan menggemari buku-buku sejak usia 3 tahun.

Template by:

Free Blog Templates