31 Juli 2015

Di Nanggulan, Ke Semin dan Jenguk Mbah Gito



Habis dari Pekalongan, kami melanjutkan perjalanan ke Klaten. Kami berangkat Selasa (20 Juli) pagi benar dengan diantar om Febi dan bulek Ucik. Tak terasa mungkin 8 hari berada di Pekalongan dan kini giliran bersilaturrahim ke mbah Klaten.

Kami tenang-tenang saja karena tiket sudah ditangan dan ga takut kehabisan. Sesuai jadual kami sampai Solo menjelang dhuhur. Awalnya mau langsung ke Klaten namun papa harus menyelesaikan pekerjaan terlebih dahulu. Mama kemudian bersih-bersih. Menjelang sore kami pun berangkat ke Klaten dan dirumah simbah ada mbak Angel tentu selain simbah berdua.

Rabu pagi, kami berangkat bersilaturrahim ke rumah pakde Bambang. Rupanya, pakde sudah masuk kerja sementara budhe Yani persiapan syawalan di keluarga pakde Harno. Ya sudah, kami pulang menuju rumah bude Pur. Sama saja, bude Pur sekeluarga tidak bisa kami temui. Rumahnya tertutup rapat.

Daripada pulang tanpa hasil kami mampir ke rumah mbah Gito. Ya Allah mbah Gito putri masih sakit tiduran saja. Tatapan matanya terlihat kosong. Kami semua menyimak penuturan mbah Gito kakung.

Alhamdulillah dik Adhan, mas Afin dan mbak Alma mau sabar nunggu serta mendengarkan apa yang kami obrolkan. Selain ada kue tradisional cucur juga rokok mbako membuat sendiri. Anak-akan terkejut dan melihat rokok itu. Mereka disuguhi minuman kemasan sehingga lumayan betah. Sekitar jam 4 sore kamipun pamit pulang ke rumah mbah.

28 Juli 2015

MOS dan Jurusan IPS



Masuk pertama di MAN, bagi mas Afin agendanya ya masa orientasi siswa. Papa agak khawatir kalau tugasnya berat, hukuman fisiknya keras atau jamnya lama. Alhamdulillah tugas yang diberikan masih wajar, hukuman juga paling push up. 

Minggu awal, mas sekolah diantar papa sebagai bentuk pengenalan jalan ke sekolah. Hanya saja masih begitu, merasa diantar jadi persiapannya malas-malasan. Liburan 2,5 bulan hampir membentuk pola yang ajeg. Maunya bangun, makan, buka internet, jajan dan nonton tivi. Menyiapkan untuk MOS pun tidak serius, maunya yang beli-beli saja.

Persiapan mos pertama yang agak lama tentu membuat tas. Syaratnya harus berbahan kertas. Papa nyarankan untuk menggunakan kertas semen yang kuat dibanding kertas lainnya. Untuk makanan dan minuman tentu beli meski harus nebak dulu apa yang dimaksud dengan tugas dari sekolah.

Secara umum, tidak ada kendala mengikuti kegiatan ini karena begitu dirumah tidak banyak dikeluhkan mas Afin. Paska MOS 3 hari, dilanjutkan dengan kemah 2 hari 1 malam.

Hingga selesai, tidak ada cerita yang mengkhawatirkan. Yang buat papa cukup kaget yaitu rupanya di MAN program IPA semua harus full day tidak ada yang reguler. Pilihan ke IPS berarti ikut boarding school atau reguler.

Pilihan IPS akhirnya diambil karena pilihan IPA nampaknya akan jauh lebih memberatkan. Kami tidak bisa membayangkan bila ada PR Fisika dan Kimia. Sebab itu semua bukan keahlian ayah bundanya. Teman-teman di MTSN juga mengambil jurusan itu dan banyak yang satu kelas. Cuma antara laki-laki dan perempuan dipisah, tidak ada yang 1 kelas.

Satu hal lagi, kami berpesan kamu ikut salah satu ekskul apapun itu. Penting ikut kegiatan sekolah sebagai bahan berlatih dalam kehidupan nyata. Terserah mau memilih apapun yang jelas pengalaman berorganisasi akan membentuk karakter dirimu.

Ah, semoga kamu tumbuh wajar dan makin dewasa dari lingkungan.

Mas Jadi Qiraah



Sebenarnya sudah agak lama mas dipesan untuk menjadi qiraah saat halal bi halal. Awalnya memang yang diajuin mbak Alma cuma dia menolak sebab sudah sering menjadi qiraah di Rt 06. Sedang rencana halal bi halal besok untuk 2 Rt yakni di Rt 05 dan 06. 

Begitu mendengar permintaan papa sih awalnya langsung iya. Hari, minggu pun berselang, dan tak terasa kami sudah kembali ke purbayan setelah bersilaturrahim. Berarti, jadual mas untuk menjadi qiraah pun kian dekat. Sudah mulai gelagat yang menjengkelkan. Bau-bau cari alasan menghindar dari tugas yang diberikan mulai tampak.

Awalnya menanyakan tidak ada ayat Al Quran soal silaturrahmi. Mama, dik Alma dan papa menjelaskan ada sebab memang sering dibaca dalam acara halal bi halal. Agak malas-malasan nyari di internet. Lantas beralasan bahwa tidak bisa qiraah, belum belajar. Disarankan mama buka youtube dan dengarkan dari sana.

Papa meminta untuk didownload sehingga memudahkan mendengar. Haripun makin sore dan papa mengambil sikap mendiamkan saja. Tidak ada gunanya memaksa sebab geliat tubuhnya sangat tidak menyenangkan. Setelah Isya, papa bergegas ke tempat acara halal bi halal. Mama, dik Adhan maupun dik Alma pun sudah bersiap.

Di lokasi, rupanya pembaca tilawah/terjemahan tidak ada. Pak Iwan yang mendapat tugas memberitahu anaknya, sama sekali lupa. Akibatnya belum didapat siapa yang bakal menjadi tilawah. Papa usul, untuk mencari anak laki-laki eh tetangga malah usul supaya alma saja yang membaca tilawah. Namun usulan itu ditolak mentah-mentah sebab masih banyak anak lain.

Mas Afin datang bersama rizqi dan dari Rt 05 diajukan hasyim yang membaca. Acarapun dimulai serta jatah membaca qiraah beserta tilawah dilalui. Alhamdulillah, bacaan bagus, tidak terdengar grogi, tidak kecepatan, Setelah selesai bertugas, wajahnya kembali ceria. Kata mama, sebelumnya bilang setelah bertugas akan langsung pulang, ternyata mas pulang setelah acara selesai.

26 Juli 2015

Berkereta Balik Ke Solo



Benar-benar memuaskan dan melenakan berlebaran dimanapun. Tahun ini kami memang berlebaran di Pekalongan dan Alhamdulillah ada kereta yang mengantarkan kami. Tentu tidak hanya memudahkan namun efisien serta digemari oleh dik Adhan.

Takut kehabisan tiket, kami pesan tiket pulang H+2 yang begitu nyampe stasiun, ya ampun panjang juga antreannya. Masak kami datang dapat antrean 80 nomor yang dipanggil baru 25. Ya sudah ditungguin saja. Saat menunggu ada info bisa beli tiket di Indomaret atau Alfamart, kami langsung ngacir sebab antrean masih nomor 40an. Bayangkan kalau 1 nomor bisa 5-10 menit, masih berapa jam kami nunggu?

Yang menjadikan lama antri karena bila tiket habis, orang akan mengganti jadual, tanya kereta, harga tiket dan lainnya. Kami menemukan Alfamart tetapi dijawab tidak bisa lihat nomor tempat duduk atau gerbong berapa. Waduh, kami tak berani. Wong 1 keluarga masak harus duduk terpisah. Ya sudah kembali ke stasiun.

Tiba giliran setelah 2,5 jam dari sejak kami disitu, menurut petugas info dari minimarket memang benar. Bukti pembelian bisa dibawa ke loket untuk dimintakan nomor kursi baru tiket dicetak. Ya sudah, pengalaman pertama kami. Dari rumah mbah, habis subuh diantar om sama bulek. Dik Adhan girangnya bukan main, naik kereta dan rasa kantuk pun hilang.

Selama perjalanan, mereka bertiga terlihat senang, bergembira dan bercerita banyak hal. Alhamdulillah perjalanan kami lancar meski tas bawaan kami lumayan banyak. Ada 1 travel bag ukuran sedang, 1 tas jinjing, 3 tas ransel, 1 tas jinjing mama. Lumayan repot kan bawaannya.

Jam 11.45 kami sampai Solo dan langsung menuju rumah. Bersih-bersih sebentar sembari menunggu papa mengurus kerjaan kantor, kemudian kami berangkat menuju ke mbah Klaten.

23 Juli 2015

Menyiapkan Halal Bi Halal di Rumah Mbah



Lebaran tahun ini, simbah kena giliran halal bi halal keluarga mbah uti dari semarang. Padahal hari Minggu sebelumnya kami semua berhalal bi halal ke tegal, Slawi. Yang jelas jauh dan kami pulang dari sana hingga sore hari. Keluarga Jogja bahkan Solo udah nyampai duluan sebelum kami sampai dirumah.

Rombongan mbah pun dipecah dari 2 yaitu mbah kung beserta papa mama serta dik Alma. Sedang mbah uti ada di mobil om sama bulek beserta dik Yoga juga mas Afin sama dik Adhan. Yang jelas hampir maghrib kami sampai rumah. Masih nata buat keluarga yang cukup besar. Keluarga mbah Tri, keluarga mbah wahyu sama keluarga mbah hirum tentu saja.

Belum sempat ngecek apapun, rupanya habis isya, tetangga sebelah yang hajatan dimulai. Wah gimana nih. Ya sudah sebisanya ajah. Malam, papa keluar ke teman SD nya yang kini sudah menjadi pak kyai. Pagi hari, kami semua menata ruang, mindahin meja kursi, mindahin mobil, ambil masakan, dan lainnya. Tetangga mulai acara doa pagi dan mbah kesana.

Hari makin siang, dan satu persatu keluarga besar mbah Saodah mulai hadir. Yang agak merepotkan memang ditutupnya jembatan Surobayan. Jadilah agak sulit memandu peserta halal bi halal, jalananpun turut macet. Apalagi rata-rata membawa mobil sehingga antrian makin lama dan panjang.

Sekitar 11.30 acara dimulai dan begitu awal eh sudah adzan dhuhur. Dilanjutkan dengan sambutan maupun makan siang bersama. Ada kluban, pecak, bothok yang dalam sekejap sudah ludes. Keong yang memang Cuma seiprit pasti langsung tandas tak tersisa. Papa saja cuma makan kluban dikasih kuah sudah terasa nikmat. Yang lumayan tersisa ya es buah.

Alhamdulillah semua berjalan lancar dan Mas Afin, mbak Alma maupun dik Adhan bahu membahu banyak membantu mbah. Mas Afin malah kesana kemari sama Yoga nyari berbagai kebutuhan apa yang memang harus dilengkapi. Sip semua deh.

Template by:

Free Blog Templates