28 Oktober 2012

Bunda baru Caca

Caca, seorang anak kaya yang piatu. tetapi, dia ramah, sopan, rajin, pintar, dan mau berteman dengan siapa saja. Caca menjadi piatu saat umurnya 7 tahun. Ibu sudah dijemput malaikat, begitu kata ayah saat Caca bertanya dimana ibunya. Caca mempunyai adik bernama Yasmin.

Saat pulang sekolah...
"Caca, Yasmin, ayah akan bertanya tentang pendapat kalian. Bagaimana jika ayah menikah lagi?"tanya ayah ketika di mobil.  Caca tersedak soda yang diminumnya. "Yasmin setuju!"seru Yasmin. "bagaimana, Caca?"tanya ayah sambil melirik Caca dari spion. Caca terenyak di kursi mobil. "...."Caca diam. Dia menggelengkan kepalanya sedikit. Tapi ayah mengira bahwa Caca mengangguk. "bagus!"seru ayah nampak puas. "emang kapan Yah, pernikahannya?"tanya Yasmin. "besok Minggu,"jawab ayah. Caca sangat lesu. dirindukannya ibunya yang dulu. seorang wanita yang sabar, adil, perhatian dan sayang pada anak-anaknya. Tak terasa, sebutir air mata jatuh dari sudut mata Caca.

Mungkin ini hari yang menyenangkan bagi ayah dan bunda Dhira, calon ibu Caca-Yasmin. Yup, ini hari Minggu. Yasmin sangat bersemangat. tetapi Caca sangat sedih. Akhirnya Caca memutuskan untuk menelepon sahabatnya, Aster.
"Assalamu 'alaikum. Caca, ya?"sapa Aster di seberang. Caca terisak. "Caca? Caca, kamu kenapa?"Aster cemas ketika mendengar isakan Caca. Caca tak menjawab, melainkan terus terisak.
"Caca! Kamu kenapa? aku ke rumah kamu, ya?"
Isakan Caca berubah menjadi tangis yang memilukan bagi yang mendengarnya.
"Halo, Caca?"dari suaranya, Aster sangat cemas dan khawatir.
"Ast... ter bis... sa ngga... kam.. mu ke... ke rrum... mahku se... karang?"Caca berusaha bicara dengan jelas. "Baik, Ca. aku kerumah kamu sekarang. Assalamu 'alaikum,"kata Aster sambil mematikan sambungan telepon. Caca menangis dengan keras. Dia sangat kesal dengan ayahnya. Dia kesal pada bunda Dhira. Rasanya Caca sebal dengan siapa saja.

"Ca, kamu kenapa?"tanya Aster saat di kamar Caca. dielusnya pundak sahabatnya. "Aster... ay... ahku... nik... kah de... nga... nnh sese... ora..ang!"kata Caca sambil menangis tersedu-sedu. Aster kaget. "akkhu... ngga... mmmau... aku... har... usgi... mana?"Caca terbata-bata. "hentikan tangismu. lalu, ceritakan padaku apa yang terjadi. Caca berusaha menghentikan tangisnya, lalu diceritakannya pada Aster tentang semuanya.

Hari Senin, bunda Dhira, bunda Caca yang baru mengantar Caca ke sekolah. ternyata bunda Dhira sangat baik. beliau juga sabar. wajah bunda Dhira juga sangat cantik. Caca dan Yasmin betah dengan bunda baru mereka. tapi Caca masih kangen ibunya. Saat Caca dan Yasmin pulang sekolah, bunda Dhira juga yang menjemput mereka. biasanya yang mengantar jemput Caca dan Yasmin adalah Pak Dul, sopir keluarga Caca.

"Kelas berapa, Dik?"sapa bunda Dhira pada Rani dan Irta, teman sekelas Caca. "kelas enam A,"jawab Rani. "kalian tahu Caca dimana?"tanya bunda. "di kelas. tadi masih piket."jawab Rani dan Irta. "makasih ya Dik..."kata bunda sambil berjalan menuju kelas Caca. Rani dan Irta mengangguk sambil menyunggingkan senyum yang dibalas bunda. "eh, orang itu siapa ya, Ran? jangan-jangan, mau menculik Caca!"bisik Irta saat bunda sudah jauh dari pendengaran. "iya, bisa juga ya Ir. tapi... kok baik banget? cantik lagi!"kata Rani. "nggak tahu deh,"kata Irta akhirnya.

Bunda memasuki kelas Caca. Di kelas ada Caca, Aster, Dion, Amir dan Farid. "eh, aku udah dijemput nih. pulang dulu, ya..."pamit Caca begitu melihat bundanya. semua mengangguk. padahal, dalam hati mereka berkata , "itu siapanya Caca, ya?". Caca mengambil tasnya. lalu digandengnya bunda. bunda membawakan tas Caca sambil berkata, "Caca duluan, ya...". benar-benar ramah!

Saat di rumah, Aster meng-sms Caca; yg td tuh bndamu ya? cntik hlo... , Caca segera membalasnya, bner! baik lho...  Balasan dari Aster ; mnurutmu km btah, sm bunda brumu? . Caca bingung sesaat. lalu dijawabnya begini ; mmmm... gmn ya?. Aster menjawab; bneran ogh! jawaban Caca begini; iya dg! eh, q diajak bnda ke Gramedia nih... bye! ntr tk bliin KKPK! bye!

Caca sangat senang dengan bunda barunya. bunda selalu mengajaknya ke mall setiap minggu. kadang, Aster juga diajak. Caca sangat sayang dengan bundanya. kadang-kadang Caca teringat ibunya yang dulu. Bunda juga mengajak Caca ke kuburan almarhumah ibunya setiap hari Sabtu.

Oke Ca! semoga kau betah dengan bunda barumu!

24 Oktober 2012

Doa Mbak Alma Bagi Dik Adhan

Dear siapa saja,

Adikku sakit. Sepertinya demam. Perutnya sakit, badannya lemas. Tubuhnya Panas. Dia harus minum susu beruang/bear brand yang menurutku membuat mual.

Dik Adhan, panggilan kami untuk adikku, kemarin ceria sekali. Dia bahkan mengacak-acak scrabble ku. Temen-temenku menyaksikan ulahnya sambil tertawa-tawa. Sesungguhnya kemarin dia sehat wal afiat.

Tadi pagi, sebelum berangkat sekolah dik Adhan masih ceria seperti biasanya. Hmmmm... tapi agak murung dikit. Pulang sekolah, aku diberi tahu papa dik Adhan sakit panas. Menurutku, dik Adhan demam. Kata papa dik Adhan tidak boleh makan roti coklat.

Saat ku tengok adikku, jantungku berdegup kencang. Aku jadi teringat cerita temanku bahwa ini musim DBD. Temanku yang lain bercerita bahwa ibunya harus di opname di RS gara-gara sakit DBD.

Ya Allah, semoga dikku hanya sakit panas biasa, tidak DBD. Ya Allah sembuhkanlah adikku...

22 Oktober 2012

Ketiganya Menangis

Siang adik Adhan rewel dan merasakan perutnya sakit. Papa berusaha mencarikan penyembuh rasa sakitnya yaitu memberikan susu cap beruang. Padahal pagi hari hingga papa berangkat kerja, tak ada yang aneh. Makan seperti biasa, bermain, jalan-jalan dan mengantar mbah naik becak. Benar-benar seperti biasanya. Kaget juga bude menelpon karena adik sakit. Papa buru-buru pulang dan melihat adik telentang sembari nonton tv.

Wajahnya tanpa ekspresi. Setelah minum susu itu, panasnya berkurang. Pun ketika papa pulang dengan mbak dan mas, adik biasa saja. Pulang kerja, mendapati adik sedang memakai baju setelah mandi Sebelum Isya, mama tugas lagi dan berikutnya papa berangkat. Saat papa berangkat adik biasa saja tak rewel. Masih aktif bergerak meski tak seceria biasanya.

Wong ditemani sambil nonton tv eh dia tertidur. Di tes panasnya mencapai 39 C, tetap ga rewel. Waktu dikantor kaget ditelepon dari rumah, adik nangis tak mau berhenti. Acara kantor belum mulai dan papa buruan pulang. Mama telp bude untuk datang menemani. Sms dan telpon dari mas terus berdering sehingga papa cabut dari kantor.

Dirumah didapati dik Adhan digendong bude, yang bukain pintu mbak Alma dalam kondisi menangis. Ada apa ini? batin papa. Alma menjawab sakit perut. Dipikir papa yang sakit perut ternyata dik Adan. Begitu mau naruh jaket, mas afin diposisi sujud dan bangkit begitu tahu papa datang. Ternyata menangis juga dan tersedu. Otomatis papa kaget, dipikirnya sakit perut juga.

"Kasian adik, perutnya sakit ga sembuh-sembuh" tutur mas Afin dengan terisak. Dik Adhan langsung digendong papa dan dicritain tentang kereta dan hewan. Beberapa saat kemudian rasa kantuk dik Adhan datang dan dia kembali tertidur. Kedua kakaknya diminta papa untuk Sholat Isya dan berdoa buat adik. Mereka melakukan ditutup dengan kecupan di dahi dan pipi dik Adhan.

Alhamdulillah, hingga papa mama pulang, Adik tidak terbangun. Mama sendiri tak bisa nunggui sebab ada pekerjaan yang tak bisa ditinggalkan. Ah semoga ini menjadi terakhir kalinya. Tidak merasa nyaman kalau bekerja dengan kondisi anak sedang sakit. Papa mama berusaha memberi penjelasan yang nyata supaya mereka faham kenapa harus begini maupun berkorban.

Ya Allah, semoga keluarga kami senantiasa diberi keshatan....

16 Oktober 2012

Belajar Itu Sangat Berharga

“Hmm . . . 168 ditambah 77 berapa, ya?” gumamku saat aku mengerjakan soal Matematika Ulangan Tengah Semester(UTS). “ hasilnya 245, hmm . . . jawabannya B!” seruku dalam hati. Kemudian aku menemukan soal prisma dengan A:15, B:18, T:25. Yang harus ditemukan adalah luasnya.

“Caranya berarti 15 dikalikan 18 dibagi dua, lalu hasilnya dikalikan 25 . . . aku coba cara ini, ah . . “ gumamku sambil mencoba cara soal itu.  “270 dibagi dua . . . berarti 135 dikalikan 25, ya, . . . coba dulu . . .” aku menghitung luas prisma. “hmm . . . jawabannya 3375cm2 . . . berarti D, ya . . . kok sebelumnya aku malah jawab B, sih? . . . tidak apa-apa berarti aku belajar tidak sia-sia juga . . .” gembiranya aku karena soal yang kukerjakan sudah selesai diteliti dan aku merasa optimistis mendapat nilai diatas 90 . . .

“Alkhamdulillah, selesai juga test Matematikanya, bukan begitu, Dik, Fid?” kataku kepada Sidik, dan Hafidz saat aku dan kedua temanku berjalan menuju musholla untuk sholat Duha. “ ya . . . tapi soalnya banyak yang susah kan, Fid?” jawab Sidik sekaligus bertanya pada Hafidz “hmm . . . ya begitulah . . .” jawab Hafidz dengan santai.

“Allahu Akbar . . “ aku memulai shalat duha dengan tenang. “Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh” aku mengakhiri sholatku. “ ...Ya Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih, berilah aku kesempatan untuk lebih berprestasi, dan semoga aku dapat ranking satu di kelas dan pararel, dan jika aku berhasil mendapatkannya, janganlah aku sombong, amiiinn . . .”harapku di akhir-akhir doa.

 “jadwal sesudah ini Al- Qur’an . . .” gumamku. Aku mulai belajar Al- Qur’an. “2 menit lagi!” kata Pak Salam, guru agama di kelasku sekaligus wali kelas VB, kelasku. Beliau tidak pernah marah, kadang dan aku yakin semua anak kelas V, pasti sangat menyayanginya.

“Bismillaahirrahmaanirrahiim . . . “ aku mulai mengerjakan soal-soal Al- Qur’an dengan tenang.

“Alkhamdulillah . . . selesai juga” kataku sambil memasukkan jawaban UTS Al- Qur’an ke loker meja.

“ Assalamu ‘alaikum . . .” ucapku ketika masuk rumah. “wa ‘alaikum salam . . .  gimana UTS hari ini, cucuku . . .?” tanya nenekku. “sebentar, nek . . . kok nenek tahu kalau hari ini aku UTS . . .? UTS nya lumayan susah soalnya” tanyaku sopan. “kan nenek punya indra keenam, cu . . . masa lupa?” tanya nenekku yang sudah berumur lebih dari 84 tahun itu. Lumayan tua ya, dibandingkan nenek pada umumnya,

Pendengarannya mulai tidak berfungsi, tapi kalau nenekku masih sehat dan masih rosa juga, lho. Hihihi . . .
“Eh, adik, kakak . . . !!” seruku saat bertemu adikku, Faiz yang berumur 5 tahun, dan Karim yang berumur 7 tahun dan kakakku, Adi yang berumur 14 dan Aldi sedang bermain bola. Sevetulnya aku itu anak ketiga lho dari lima bersaudara. Alhamdulillah, kakakku dan adikku laki semua ya.


Lanjutannya tanya mbak Alma aja deh...

15 Oktober 2012

Dik Adhan Menghapus Duka

Dengan siapapun dik Adhan mudah akrab, tidak seperti kedua kakaknya saat kecil. Pengenalan lokasi relatif mudah dibanding mas Afin atau mbak Alma dan kami bersyukur atas hal itu. Wong kalau didepan lihat tetangga lewat sering manggil "adheee" (maksudnya pakde). Kalau ditanya pakde siapa pasti jawabnya Bambang. Biasa, ngikut iklan traktor "bambang bambang, uhu uhu...".

Bila pakde Bambang datang menginap, dia lebih suka menemani. Termasuk tiduran didepan tv. Padahal pakdenya lelah dan mau istirahat. Bila diajak masuk kamar untuk tidur kadang tidak mau. Nah kini teman yang paling disukai adalah mbak Sifa. Kalau lewat depan rumahnya atau manggil senang sekali, "pipaaaa" begitu.

Buda dan pakde Wandi tentu senang mendengarnya. Kadang bermain di rumah mbak Sifa dan ditinggal pulang.Betah juga tuh disana, ga rewel dan mbak Sifa malah senang ada teman bermain kata bude. Mungkin mbak Sifa pengen adik kecil kali ya. Bila bicara, kadang mbak Sifa terkekeh, maklum logat belum jelas dan suaranya khas anak kecil.

Pun kalau mbahnya datang. Dia sudah bisa bedakan mbah ti dan mbah kung. Manggilnya ati dan ato begitu. Simbah diajaknya main petak umpet atau berkejaran. Ya begitulah dik Adhan yang hobi bermain dengan siapapun. Kadang ikut ke warung HIK untuk beli tahu dan yang dicari dik Azam, tetangga kami yang usianya lebih muda darinya.

Dulu malah sewaktu belum ada yang momong, pernah diajak muter-muter mbah ti naik angkot dan bus. Sempat tertidur dipangkuan mbah ti. Ah betapa cerianya dirimu sayang. Kami semua berbahagia dengan kehadiranmu.

Template by:

Free Blog Templates