23 November 2010

Meluruskan Perdebatan

Setiap anak pasti memiliki hal yang paling disukai dalam kehidupannya. Demikian juga dengan Mas Afin dan Mbak Alma yang sehari-hari juga diisi tidak hanya belajar namun juga bermain serta berkreatifitas. Hingga usia 10 tahun (Mas Afin) dan 8 tahun (Mbak Alma) masih minim melakukan sesuatu untuk mengerjakan kebutuhannya sendiri. Kalau dik Adhan tentu belum banyak bisa diceritakan apa hobi dan kegiatan untuk mengisi hari-harinya. Kedua kakaknya saja melakukan apa yang dibutuhkan seringkali menggantungkan pada mama atau mbak ida. Menyiapkan makan pagi, minum yang dibawa sekolah/les, menaruh tas dan banyak hal lain setidaknya masih disuruh. Karena masih banyak diingetin, kesannya jadi diomelin terus. Papa mama sih tidak ingin seperti itu hanya saja bila dibiarkan tidak akan jalan. Makan siang sepulang sekolah saja masih disuruh-suruh.

Apabila bertepatan hari Se
nin dan Kamis, waktu les di Elti, ya hingga sekarang masih disuapin. Tas dan baju juga disodorin untuk segera dipakai. Setelah itu biasanya teriak-teriak minta papa segera mengantar dengan mempercepat laju motor. Kalau pas mama yang mengantarkan tentu tak bisa secepat bila diantar papa. Akibatnya gerundelan-gerundelan dari anak-anak keluar lagi. Apapun, sebagai orang tua ya harus dihadapi dengan sabar. Pagi tadi sebenarnya berangkat tidak terlalu siang, namun kejadian ini seringkali berulang. Bila berangkat pukul 06.40 WIB, kakak sering mengomel. Berdalih terlambat lah, malu lah, tidak cepat lah dan lain sebagainya. Padahal rutinitas pagi dilewati secara jelas dan semua penuh kesibukan masing-masing, terlebih sejak dek Adhan lahir. Otomatis kesibukan juga bertambah sementara harapan mama agar Mas dan Mbak belajar mandiri tak kunjung dilakukan.

Sudah sejak lama kema
ndirian itu terwujud dari mencuci sendiri bila mengompol. Awalnya tidak begitu namun saat dirasa mengompol jadi keseringan, ya terpaksa diminta mencuci sendiri agar ada rasa tidak seenaknya mengompol. Pasca dicuci sebenarnya masih dicuci kembali oleh mbak Ida. Setidaknya semua itu dilakukan supaya anak-anak papa mama tahu konsekuensinya. Aktivitas lain yang bisa dilakukan adalah menyiapkan baju sekolah untuk esok hari, sholat mengaji, dan sikat gigi. Sementara beberapa tugas lain seperti makan, menyapu, memberesi mainan masih sering untuk diingatkan. Sebenarnya bagi Mama dan Papa yang agak berat adalah pembelajaran untuk mandiri dan bertanggungjawab. Masa depan setiap orang merupakan hal yang pasti bakal dihadapi dan semuanya harus dipersiapkan secara matang.

Agar terbiasa menyiapkan sesuatu secara matang, maka anak-anak diajari melakukan aktivitas bagi dirinya oleh dirinya sendiri. Terutama yang sederhana dan dianggap bisa dilakukan. Papa mama menangkap, anak-anak belum memahami benar manfaat yang didapat bila melakukan aktivitas bagi diri mereka sendiri. Untuk soal belajar, memang anak-anak telah menunjukkan tanggung jawab sebagaimana mestinya sehingga tidak pernah ada perdebatan panjang soal itu. Hingga kini, masih terus dicari formula supaya perdebatan berulang mengenai tanggung jawab anak-anak tuntas dan difahami. Sepertinya dihari-hari mendatang akan dipenuhi perdebatan tersebut. Agak disayangkan bila Mas Afin sering melontarkan kata “mesti aku yang dimarahi”, “aku selalu disalahkan”, “dik alma koq ga pernah dimarahi” dan lain sebagainya.


Mas Afin masih belum banyak mengerti dan itu semua difahami benar oleh papa mama. Harus dijelaskan secara perlahan agar tak menimbulkan adu urat leher yang kadang berkepanjangan. Kakak sangat disayang mama dan papa. Maka dari itu sering dibilangi supaya tidak kelewatan melakukan tindakan yang dilarang oleh agama. Toh Mas Afin ingat, sempat akan kabur dari rumah dan itu pasti lebih banyak menyusahkan mama papa. Orang tua tak melarang anak-anaknya kritis dan memegang teguh pendirian, hanya saja penerapannya memang kadang tidak pada tempatnya. Papa mama selalu melihat pada soal apa mas Afin berargumentasi secara pasti. Kami bermaksud melatih kalian untuk teguh meyakini kebenaran secara konsisten dan tidak asal saja. Bila sesuatu diyakini benar, sesuai aturan agama, hokum ya pertahankanlah meski besar resikonya. Bila sesuatu itu salah meski hanya rugi sebutir permen, tetap anggaplah salah.

Kami tak akan pernah merasa lelah atau bahkan menyerah guna mendidik anak-anak. Meski tantangan, godaan dan hambatan semakin besar seiring pertambahan usia kalian. Papa mama tidak bermaksud membatasi, melarang atau membentengi keinginan kalian. Hanya ingin mendidik kalian untuk selalu memikirkan secara matang, memperhitungkan secara jeli atas rencana-rencana sehingga tindakan yang diambil tidak mengakibatkan kerugian lebih besar. Masa depan kalian masih panjang dan banyak hal yang harus dipelajari. Tanpa mengajarkan cara-cara menghadapi hambatan, penyelesaian masalah, mencari jalan keluar tentu jauh lebih rawan mengalami kegagalan. Yakinlah nak, kami selalu berbuat terbaik buat kalian, agar masa depan kalian jauh lebih cerah dan bahagia, semoga!

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates