22 November 2010

Hamster Kami

Belum genap 24jam berlalu, sejak kelahiran anak-anak hamster milik Mas Afin dan Mbak Alma yang berjumlah 3 ekor sudah ada 1 yang mati. Kondisi itu membuat Mas Afin dan Mbak Alma kaget. Mereka langsung mengecek kandang dimana hamster tersebut tinggal. Setelah diamati 8 pasang mata (karena ketambahan mata mama dan papa) tak ditemukan dimana si anak mati. Kami kemudian memelototi setiap sudut kandang dan masih tak menemukannya. Sementara, kedua induk hamster terlihat gelisah. Kegelisahan itu tercermin dalam perilaku mereka yang berlari kesana kemari, naik turun tangga dan menggigiti seputaran kandang.

Lantas, terlihat si bapak hamster ternyata sambil mengulum sesuatu dimulutnya. Kedua tangan depannya terlihat menggenggam sesuatu. Benar tebakan kami semua bahwa yang dikulum adalah anaknya yang mati. Kadang si betina ikut berebut anak yang mati itu. Kami bersepakat memisahkan si jantan dari induk dan anak-anaknya. Nah tugas mas Afin menangkap dan memindahkan si jantan sedangkan papa mama berusaha menata kandang agar terpisah. G
agasan awalnya kandang disekat dengan menggunakan kawat berpola. Setelah terpotong seukuran kandang, proses memasukkan dan memasang kawat tidak semudah kelihatannya. Betina lebih beringas dengan campur tangan kami dalam kandang. Kemudian kami batalkan pemisahan model tersebut.

Alternatif kedua, menyekat dengan memakai besi dari kandang yang tidak terpakai. Meski agak susah namun akhirnya bisa terpasang dan si jantan terpisah dari kedua anak serta si betina. Tak lama, justru si betina mencari celah dan menggangsir pasir dibawah besi pemisah kandang… dan ups dia berhasil masuk ke ruang pejantan. “Wah ga mau dipisah tuh” seru papah melihat kejadian tersebut dan meledaklah tawa kami semua. Dengan kondisi tersebut, kami berempat kemudian melakukan tukar pikiran bagaimana caranya supaya kondisi itu tidak terjadi lagi. Sebab berdasarkan pengetahuan yang dibaca Mbak Alma, ada pejantan yang memang suka memakan anaknya.

Bila dipisahkan tersendiri, resikonya hamster bisa stress dan mati. Namun kalau dijadikan satu takut pejantan akan memakan anaknya kembali. Mama mengusulkan untuk tetap digabung dengan alasan, anaknya yang dimakan itu karena mati. “Ya kalau dimakan lagi, apa boleh buat daripada bapaknya yang stress” jelas mama. Akhirnya, kami bersepakat untuk dijadikan satu kembali dan penyekat kemudian diambil. Dik Adhan yang dari tadi ikut teriak-teriak karena kami semua terlibat dengan asyik ikut melihat mas Afin menangkap pejantan dan memasukkan ke kandang.

Mbak Alma memberi masukan sesuai informasi yang dibacanya, untuk sementara kandang tidak usah dibersihkan, butuh ruangan yang gelap dan makan minum yang harus terus tersedia. “Jangan lupa, tidak boleh ada yang megang hamster dulu. Karena kalau terpegang bisa mati atau nanti anaknya” kata mama mengingatkan. Mas Afin dan mbak Alma setuju saja. Setelah semua perangkat diberesi, mas Afin mengisi air minum dan makanan hamster. Mama mencari kain untuk menutupi kandang supaya terkesan gelap spt alam hidup hamster yang nota bene hidup dalam kondisi gelap. Tak lupa juga ditambahi dengan potongan-potongan kertas kecil sebagai penambah kehangatan anak-anak hamster. Setelah beberapa hari diamati rupanya betina masih banyak menyusui serta mendekap anaknya supaya hangat.

Setiap pagi, siang maupun sore dengan bergiliran Mas Afin dan mbak Alma melihat kondisi anak-anak hamster. Mereka berharap anak-anak hamster dapat tumbuh besar dengan sehat. Teman-teman Mas Afin dan Mbak Alma banyak juga diceritakan tentang beranak pinaknya hamster. Harapan bahwa hamster akan berkembang biak dengan baik dan cukup banyak akan menyenangkan. Hanya saja yang harus terus menerus diingatkan adalah membersihkan kandang secara rutin.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates