16 November 2011

Adhan, Maaf Bila Harus Begini

Hampir 3 minggu sudah dik Adhan bolak balik ke TPA Balita Harapan di Pajang. Dan ini merupakan pilihan sulit bagi kami semua namun tidak ada jalan keluar yang jauh lebih memadai. Pasti ada kelebihan dan kekurangan selama dan setelah dik Adhan menjalani itu semua. Beberapa perubahan sudah mulai dirasakan.

Kini, kalau nangis sering menjerit apalagi kalau dirumah ada papa saja atau mama saja. Meski mas Afin dan mbak Alma berusaha menghibur, tetap dicuekinnya. Jeritan is the best, begitu barangkali prinsip dik Adhan. Apa boleh buat, pekerjaan rumah ditinggalkan supaya dik Adhan tidak tambah kenceng jeritannya.


Di TPA itu dia bersama sekitar 20 anak dan ada yang lebih besar atau lebih kecil usianya. Wong yang digendong alias masih bayi juga ada. Kendala lain yang muncul yakni makan siang. Disana memang makan harus mandiri sebab tak mungkin nyuapin 20 anak dengan 2 orang. Sehingga yang sudah gede saja yang akan makan.

Maka dari itu, dik Adhan dijem
put pada kisaran pukul 12.30 sampai 13.40 an karena mengejar waktu makan. Jam tidur pagi mungkin sedikit bergeser serta kualitas tidurnya tidak seperti dirumah. Ini beberapa hal yang butuh penyesuaian tidak sebentar. Makanya sering abis Maghrib sudah mengantuk dan lekas terlelap.

Menitipkan dik Adhan tentu bukan jalan terbaik namun harapannya sebagai tindakan emergency. Belum lagi ditambah jadual mas Afin dan mbak Alma yang pulang jelang sore terutama hari Selasa-Kamis. Minum susu di TPA juga tak terjadi, mungkin karena dia tidak berminat. Suasana ramai dan hilir mudik teman-temannya mengganggu keasyikan mimik.

Ada satu hal yang dijadikan pembelajaran pada dik Adhan yakni berkumpul dengan anak lain tanpa Papa Mama. Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya karena dari dulu selalu ditungguin. Awal ditinggal masih meronta tapi tadi sudah diam dari sebelumnya yang cuma terisak.

Papa Mama tak pernah merasa tega sebenarnya.
Semoga dik Adhan belajar banyak dengan adanya teman-teman. Mau berbagi, bermain bersama, belajar atau memperhatikan anak yang usianya lebih gede. Masa kecil yang kurang ideal namun memang harus ditempuh. Ada banyak anak lain yang mungkin nasibnya jauh lebih tidak beruntung. Mengertilah dik Adhan, kami sangat sayang dan sebenarnya tak ingin seperti ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates