05 Juni 2012

Rumah Kami, Penentram Jiwa

Rumah kami memang sudah berusia cukup tua, apalagi kami tinggal diperumahan. Otomatis bangunan yang ada bukan berkualitas no 1. Meski begitu kami sangat bersyukur menikmati hidup kami yang dilimpahkan beragam kebahagiaan tak terkira. Memang kadang ada masalah tetapi alhamdulillah semua terselesaikan dengan baik.

Kami sempat membangun bagian belakang rumah secara penuh 2 lantai. Waktu itu tahun 2005 dan hanya menghabiskan anggaran Rp 30 juta saja. Padahal lahan itu seluas 4x7 m2 untuk 2 lantai. Saking si kontraktor kelewat menyanggupi, belum tuntas benar pekerjaan eh ditinggal pergi.

Ya sudah mau bagaimana lagi.

Kini 7 tahun berlalu dan kusen serta jendela sudah rontok dimakan rayap. Bahkan pintu kamarpun bercampur antara kayu dan semen. Papa menutup kayu-kayu yang keropos dengan olahan semen. itu yang paling mungkin dan bisa dilakukan.

Pekerjaan mengganti kusen serta tampak muka tidak semudah yang dibayangkan. Debu-debu otomatis memenuhi semua lantai rumah.

Makanya tiap sore setelah pak tukang pulang, kami semua berbenah, bersih-bersih. Alhamdulillah dik Adhan mau mengerti dengan kondisi ini. Kadang mas Afin atau mbak Alma yang menemani. Ya Allah, Berkahilah kami semua dalam kesehatan dan kehidupan agar rumah kami benar-benar menjadi rumah cinta.

Tidak hanya sedap dipandang mata namun nyaman dan betah untuk ditinggali. Kami semua sungguh merasa kerasan betul dirumah itu. Semoga kenyamanan itu kelak akan bertahan sampai kalian anak-anak papa mama menjadi pejabat atau sukses menjalani hidup.

Maknai kedamaian rumah sebagai wujud rumahku surgaku. Jangan lupakan dimana dulu kalian lahir, kalian dibesarkan, kalian belajar dan kemana kalian akan mengunjungi orang tua kalian. Insya Allah papa mamamu tetap akan disini hingga akhir hayat.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates