08 Januari 2010

Papa, Aku Kangen....

Cukup lama papa berada dirumah dan kami bermain bersama. Hari itu yang kutahu dari mama ku bahwa jadual kepulangan papa mundur dua hari. Aku dan adikku membatalkan berlibur ke tempat kakek seperti biasanya. Jujur ada rasa kecewa tapi aku dan adik yakin jika tidak dirumah bersama papa, kekecewaan kami akan bertambah besar. Saat pagi kami berkumpul di kamar atas, menemani mama yang nyusui adek, aku baca koran dan adik cantikku sedang bercerita, tiba-tiba muncullah papa dipintu. Kami semua berebutan memeluk dan tak mau melepasnya. Aku dan adikku berkaca-kaca menahan kegembiraan yang amat sangat. Mama juga begitu kecuali adik bayiku yang agak kaget karena semua orang beranjak dari tempat tidur.

Rasa bahagia yang luar biasa. Hari-hari dirumah meski tidak kemana-mana tetap saja menyenangkan. Alhamdulillah semua ada dan kami banyak bersenda gurau mengalami waktu yang berjalan. Pun ketika papa mama memenuhi janji kami mengajak berlibur ke pendawa water world. Ah meski tempatnya tidak berubah namun benar-benar rasa senangnya tetap berbeda. Aku berkali-kali berselancar di plorotan air dengan papa atau bahkan sendiri. Mama tidak melakukannya karena nampaknya takut. Pulang ke rumah dengan rasa puas dihati. Malem bercandaan atau main halma dengan papa mama. Atau jika sore menjelang, papa kuajak maen badminton.

Tiba saat itu harus datang, papa akan kembali bekerja di Jakarta. Rasa sakit, sedih dan gelisah menyelimuti kami semua. Aku merasakan sebuah ketidakadilan dirumah ini. Kenapa aku tak bisa bersama-sama hidup satu rumah agar tak ada yang kurang. Kenapa ayah harus bekerja jauh dari kami dan mama harus menemani kami semua. Bukankah itu merepotkan? Aku mengalami rasa marah luar biasa. Pun dengan adik atau mama ku. Saat malam ayah berangkat....kuberlari mengiringi motor yang beliau kendarai....langkahku terasa berat meski wajahku tersenyum....Rumah kembali seperti berduka dan sepi. Sosok itu harus pergi dan kami semua sedih.....ah papa, adakah kau merasa hal yang sama?

Mama kembali dari mengantar beliau di stasiun dan kami beranjak ke kamar. Ku gelisah dan sulit pejamkan mata. Tiba-tiba air mataku mengalir dan kuterisak tak sanggup menahan sedih yang dalam. Suara yang kutahanpun keluar sehingga adikku bertanya kenapa menangis. Begitu tahu ku menangis krn kehilangan papa, adikku menangis juga menumpahkan hal yang sama. Mama menjenguk dan kaget melihat kami menangis. Ku jawab krn kangen papa begitu dia bertanya.....ah ternyata mama merasakan hal yang sama. Dengan terisak, beliau menjelaskan kenapa ini semua harus terjadi. ku bilang "papa lebih baik kerja di Solo. Dengan gaji kecil tidak apa-apa asal cukup buat makan." kami saling berpelukan untuk menumpahkan rasa yang sama.

Kubertekad untuk menahan rasa duka ini. Pesan papa akan kuingat dan segala yang kuinginkan berusaha kupenuhi. Agar kami kembali bersama. Papa, ku akan rajin belajar, berdoa dan menjalankan kewajibanku. Berjuang demi masa depan dan bersama lagi secara lebih baik. Doakan pa....


0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates