10 Februari 2016

Lelaki Misterius (bagian 2)



Entah sebab apa Dino terus memandang laki-laki itu. Orangnya kekar. Seperti tokoh film penjahat. Tubuhnya besar sekali. Pasti ia kuat menggendong tiga galon sekaligus, batin Dino. Tapi ada yang mencurigakan...
Sret! Lelaki itu menoleh, menatap Dino yang sedang memperhatikannya. Otomatis Dino memalingkan wajahnya, malu karena terpergok memerhatikan orang. Meskipun sudah tidak memandang lelaki itu, Dino bisa merasakan tatapan tajam orang itu.
“Kenapa Dino? Mukamu sedikit pucat.”Dino hanya nyengir ditanya begitu oleh Andin. Tentu dia tidak menceritakan tentang sosok yang dia amati tadi. Nanti Andin malah memperhatikannya dan orang besar itu tambah marah.

Dino meneruskan makannya dengan jantung yang berdegup keras. Ia hanya mengangguk ketika Andin menceritakan tentang fakta laut (yang sebenarnya sudah ia ketahui), dan menggeleng ketika ditawari ikan teri yang menurut Andin rasanya asin sekali. Yah, Dino kan sedang menenangkan jantungnya.
Karena penasaran, Dino mencoba mengangkat mukanya sedikit. Ia ingin melihat laki-laki kekar itu sebentar. Tapi aneh. Lelaki itu menghilang! Tanpa malu lagi, Dino mencari lelaki itu terang-terangan. Ah, itu dia! Lelaku itu sedang berlari, punggungnya terlihat kecil di kejauhan. Apa yang terjadi? Kenapa dia berlari? Batin Dino bertanya-tanya.

“Aaa!”teriakan melengking dari ibu-ibu yang berjarak 1 meter dari tempat Doni duduk mengagetkannya. Dino dan Andin berpaling, si ibu-ibu gendut tadi rupanya yang berteriak. Ia tampak ketakutan, sementara anak kecilnya memandangnya bingung
“Ada apa Bu?”beberapa orang menanyainya bersamaan.
“Dompet! Dompet saya hilang!”
“Hah?”Andin dan Dino bertatapan. Jangan-jangan... sekelebat pikiran terbersit di benak Dino. Ia teringat lelaki tadi. Laki-laki berjaket kulit yang berbadan besar, yang memandang lautan. Lelaki yang diamatinya. Lelaki yang menatapnya tajam.

Ia ingat sosok itu berlari menjauh. Jangan-jangan... lelaki itu...
Andin mengguncangkan badannya. “Dino, ada apa? Mukamu pucat sekali. Dino!”
Dino mengerjapkan matanya. Ia mengajak saudara kembarnya ke pinggir kapal. Disitu ia menceritakan sosok lelaki misterius yang dilihatnya. Dia ceritakan semua tanpa ada bumbu-bumbu. Tapi, kecurigaannya belum dia tambahkan. “Terus? Apa hubungannya sama ibu yang kehilangan dompet itu?”Andin belum paham rupanya. Dino menghela napas.

“Tapi ini Cuma dugaanku saja ya Ndin... Lelaki itu pencurinya!”
“Hah?!”Dino menutup mulut Andin. “Ma-masa sih?”
“Sst, jangan bilang siapa-siapa, ini Cuma dugaanku saja. Habis orangnya seram sih. Kalau melihatnya, kau akan kuberi tahu. Biar kamu menilai sendiri bagaimana orangnya.”Andin hanya mengangguk. “Sungguhan ya, kamu jangan bilang siapa-siapa.”

“Paman juga tidak?”
“Paman juga jangan dibilangi. Ini Cuma dugaanku saja, nanti Paman marah. Disangkanya aku menduga-duga sembarangan.”ujar Dino. “Eh, itu Paman Husin! Paman!”Dino menghampiri pamannya yang tampak bingung mencari-cari mereka. Paman Husin diseret Dino ke tempat Andin.
“Kalian ini, Paman mencari kalian terus dari tadi! Kalau hilang bagaimana!”paman tampak jengkel, juga khawatir. “Kalian bilang hanya jalan-jalan, tapi tidak bilang mampir di kantin. Sudah makan pula!”diliriknya piring kosong Dino dan Andin.

“Maaf Paman, jangan marah. Paman makan dulu saja.”kata Dino.
“Iya, makanannya sedap lho Paman. Andin temani ya?”tawar Andin. Paman menggeleng, lebih memilih mengambil makan sendiri. Ia berpesan pada kedua keponakannya agar tetap menunggu disitu, sementara ia mengambil makanan. Andin dan Dino hanya mengangguk, takut dimarahi lagi.
“Ndin, coba tanya Ibu yang kehilangan dompet tadi yuk!”ajak Dino. Tapi Andin menggeleng. Nanti dimarahi paman, dia memberi alasan. “Ayolah Ndin, kita main detektif.”tapi tetap saja Andin bersikeras tidak mau. Terpaksa Dino sendiri yang pergi. Ia menjalankan tugas pertama sebagai detektif Dino!

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates