28 Oktober 2009

Cerita Papa


28 Oktober 2009 ku berangkat untuk memulai hal baru, untuk membuka sesuatu yg lama tak kukerjakan dan ku harus jauhan dengan kalian. Sebenarnya sangat berat berjauhan dan tidak berinteraksi dengan kalian semua. Ah tapi lantunan merdu suaramu atas menipisnya "sumur" membuat ku tetap harus berangkat. Apapun itu juga demi kalian yang sangat aku banggakan. Hati ini sangat ragu dan sanksi apakah kan kuat menahan kerinduan yang pasti akan sangat luar biasa. Namun cobaan ini harus aku hadapi dan kupercaya berat bagi kalian semua. Apakah ada yang yakin bila kulit, darah dan nadi dipisah tak berasa apapun? Tentu luar biasa sakitnya.

Memang sehari dua hari terasa masih enjoy tetapi hati ini butuh makan, butuh asupan bergizi senyum, canda, tawa serta tangis kalian. Anak-anak dan istriku, tak sedikitpun aku bs mengalihkan pandngan apalagi hati, jiwa dan rasa. Ku dengar hari pertama a2 pulang sekolah sdh menangis tak mau makan. "Tak ada papah sepi dan kangen" crita istriku. teriris sudah dan tercabik-cabik segala jiwa. Pun berikutnya ketika a2 cerita tentang mimpi-mimpi akan ayahnya. Ya Allah, kuatkan hati ini untuk terus berjuang demi kebahagiaan mereka, demi masa depan mereka dan demi cita-cita mereka. Suara, senyum dan gumaman menyelingi hari indahku. Tak terasa hampir 2 tahun kubersama hari-hari mereka dan itu mengikat kuat.

A1 belum apa-apa saat bertelpon tanya "dimana pah?" kujawab sedang perjalanan ke kos....eh disahutnya "mbok pulang ke rumah aja pah dari pada ke kos" pintanya. Kaki ini serasa tak kuat lagi melangkah, mengayun dan mengangkatpun seperti mati rasa. Kutahu senyum wajahku dijalan terlihat sangat pahit. Rengekan dan pinta kalian mohon hentikan karena tanpa itupun jiwa, raga papa menderu dan memberontak pulang. Tapi akal sehat papa harus realistis.....bukan memburu kekayaan tapi menstandartkan hidup. Itu saja. Suatu saat a1 menelpon dari rumah dan tak kuangkat. Kemudian kutelp dia namun a2 yang angkat dan a1 ga mau trima. Ku sms dan kutanya kenapa...."Lha soalnya aku dimarahi mamah, mamah galak ngomongnya keras jadi aku diam, takut dimarahi, papah aku nangis" balasnya.

Ya Allah kuatkan hati mereka ya Allah. Kutahu bahwa bertengkar dan tidak cocok itu biasa. Demikian ketika ku dirumah itu hal lumrah. Ketika ku disini beraaaaat banget. Percaya atau tidak....rasa berat dihadapi oleh semua karena kami memang satu. Dipisahkan serasa ada yang hilang, ada yang kurang dan terlihat ada yang mengganggu. Benar, kami merasa hidup tak normal. Hal yang sebenarnya biasa menjadi sangat tidak biasa termasuk meningkatnya rasa cemburu. Sayangku dan anak2ku semua, mari kita jaga semua yang sudah kita miliki. Tidak hanya cinta tapi segala sesuatu yang mungkin bagi orang lain itu sepele tapi ketika berada dilingkungan atau hal yang kita miliki menjadi sangat berharga. Si kecil Adhan, papa juga sayang kamu.....

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates