31 Januari 2011

Pilpres ala SD DJI

Mas Afin hari ini gagal jadi "Presiden" pilihan siswa kelas VB. Meski gagal, ini prestasi luar biasa yang dicapai atas keberhasilan mas Afin. Ceritanya minggu lalu, pak guru mengumumkan siapa yang berani berpidato didepan kelas akan dilombakan ikut 'pemilihan presiden'. Pada tahap pertama, banyak anak2 yang mencalonkan diri. Untuk menyeleksi, pak guru memberi pertanyaan. Bila bisa menjawabnya, maka bisa menjadi calon dan bila gagal berarti tidak lolos jadi calon.

Alhasil ada 7 anak yang menjadi kandidat yakni 3 siswa perempuan yakni Intan, Lutfi dan Sekar sedangkan siswa laki-laki yakni Hafidz Ramadhan, Zildjian Laksamana, Anugrah Alif dan M Aqil Hasan. Sebelum melanjutkan pemilihan, diberi jeda satu minggu untuk persiapan 'kampanye' program-program apa yang mau ditawarkan. Begitu sampai dirumah, mas Afin bercerita dengan berapi-api. Rupanya dia benar-benar mau bertarung secara serius.

Dirumah, coba dibilangi papa mama, namun biasalah. Justru berdebat sendiri-sendiri dan ramai saja dirumah. Papa saja jadi merasa aneh, koq disuruh persiapan malah berdebat sih. Mungkin memang sukanya berdebat. Sudah sejak kelas II SD, mas Afin memang suka mendebat apa yang diucapkan papa mama bila tidak ada argumentasi yang jelas. Dalam diskusi dirumah, mas Afin akhirnya sepakat mengusung tagline (semboyan) "Indonesia Maju, Rakyat Sejahtera".

Hanya saja, begitu disuruh mencoba bicara atau orasi tidak mau. Mas Afin bilang nanti aja kalau disekolah. Itu gampang. Hari pemilihan pun tiba. Pagi-pagi, papa mama memberi wejangan untuk berani berbicara, lantang dan jelas. Bukan soal menang kalah, yang paling penting berani. "Indonesia Maju, Rakyat Sejahtera" pun diulangi berkali-kali diatas motor dalam perjalanan ke sekolah.

Sepertinya sih sudah yakin betul semua akan baik-baik saja. Yah biasalah namanya juga mas Afin. Begitu dijemput pulang sekolah, sewaktu ditanya ternyata pemilihan digagalkan karena surat suara lebih banyak dari pemilih. Mas Afin sendiri mendapat suara yang tidak lebih dari jari tangan yaitu 2 suara saja. Padahal katanya yang mengaku memilihnya saja ada 4. "Wah KPUnya ga becus" kata mas Afin saat ditelp temannya yang sakit.

Dari 7 calon diatas, Intan dan Sekar tidak jadi maju karena ternyata waktu diberi kesempatan untuk kampanye, tidak ada keberanian. Sehingga dicoretlah 2 capres perempuan ini. Hasan pun akhirnya di diskualifikasi karena pidatonya terhenti beberapa kali alias tidak lancar. Tersisa 4 capres yaitu Hafidz Ramadhan, Anugrah Alif, Zildjian Laksamana dan Lutfi. Secara berurutan, yang berkampanye Hafidz, disusul Ian, Afin dan terakhir Lutfi.

Hafidz menyampaikan kampanye yang cukup menghibur bagi audiens, sementara Ian mengisi kampanye diselingi nyanyian milik group band Wali "Tomat" alias tobat maksiat. Sedangkan Afin tetap mengusung jargon Indonesia Maju, Rakyat Sejahtera dan Lutfi banyak mengajak pemilih dengan go... go... go.... Lutfi go..... Akhirnya setelah semua selesai berkampanye, diadakan pemungutan suara. Dari 35 pemilih, ternyata ada 42 kertas suara.

Adapun masing-masing capres meraih suara untuk Hafidz Ramadhan 31 suara, Zildjian 9 suara, Afin 2 suara dan Lutfi tidak mendapat dukungan satupun. Dikarenakan jumlah pemilih dengan kertas suara tidak sama jumlahnya, maka pemilihan dianggap tidak sah. Berarti ada pemilih yang menggunakan suara lebih dari satu. Pak Guru (Chomsi) menganggap pemilihan tidak sah dan anak-anak kelas VB kecewa.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates