25 Juli 2016

Papa Berangkat Ke Kupang

Minggu 17 Juli papa memiliki tugas kantor untuk berangkat ke Kupang padahal tanggal 15 Juli dik Adhan dengan mama berniat ke Jogja. Cuma jalan-jalan naik kereta api sebelum masuk sekolah. Dik Adhan sih suka banget. Supaya sekalian, akhirnya jalan-jalan dik Adhan diundur sekalian mengantar papa ke bandara yang memang berangkat dari Adi Sutjipto.


Agar tidak kehabisan tiket, mama pun pesan tiket jauh-jauh hari sebelum papa berangkat. Awalnya mau booking Joglokerto tapi ternyata ga bisa pesan dan kereta yang berangkat jam 6 pagi tidak ada. Akhirnya kami memesan yang pukul 5.23, hhhmmm lumayan pagi.

Dik Adhan tentu tetap bersuka cita, yang penting naik kereta. Yang bikin agak terkejut, mama ternyata ada agenda keluar kota Rabu sampai Jumat. Wah lumayan berat karena dik Adhan perlu ada yang tunggu dirumah. Dipikir belakangan lah. Waktu ditanya, dik Adhan bilang minta ditungguin mbah Pekalongan.

Hari Minggu tiba, dan kami bangun subuh untuk berangkat ke Jogja. Kami naik kereta bersama sayangnya duduk harus terpisah semua meski berdekatan. Untung dik Adhan berani dan tidak masalah. Sampai di Jogja kamipun mencari tempat makan pagi. Ya seadanya karena kebetulan masih banyak yang tutup.

Kami ngobrol, bermain dan sempat ambil gambar bersama. Waktu begitu cepat berlalu hingga saat papa berangkatpun tiba. Papa berpamitan eh tak disangka adik tidak mau ditinggal, dia pun menangis memeluk papa. Ya Allah rasanya masih sama seperti 6 dan 10 tahun lalu saat mbak Alma melakukan hal yang sama.

Padahal kalau mama yang berangkat ni anak biasa saja. Berat banget rasanya dan air mata tetap keluar dari sudut kelopaknya. Ah anak-anak yang luar biasa, bundanya membentuk mereka dengan sangat total sehingga mereka menunjukkan rasa dengan sepenuh hati.

Hingga akhirnya pelukan dilepas, papa beranjak masuk untuk melakukan cek in. Dengan melambai, mata sembab, tatapan yang sendu mengiringi langkah papa yang menjadi sangat berat. Memeluknya ketika akan berangkat masih terasa hingga tulisan ini ditulis. Ah apakah mereka akan tetap merasa begitu seterusnya.

Terima kasih anak-anakku, kalian memang luar biasa. Mas Afin juga sempat memeluk, mencium dan berpesan agar papa tidak terlalu lelah. Mbak Alma lebih banyak terdiam meski papa tahu dalam hatinya ada banyak rangkaian kata yang ditahannya untuk keluar dari mulutnya. Anak-anak, jaga diri dan jaga bunda kalian dengan baik. Minggu depan papa pulang.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates