19 Maret 2015

Saat Kami Tak Ingin Melukai

Anak-anak tumbuh dengan baik, sehat, cerdas dan menyenangkan. Namun membesarkan mereka bukan perkara mudah. Rupanya tidak sekedar makan minum, sekolah, jajan, tempat tinggal apalagi jam, sepatu, hape dan perkara remeh lainnya. Mengisi jiwa, pikiran, empati jauh sungguh (bukan menantang) menguras energi.

Setiap anak memiliki perbedaan selain tentunya fisik. Apalagi ditambah jarak usia, pendidikan, lingkungan dimana dia bersekolah. Layaknya memadukan alunan musik ada kalanya memang dipetik seperti gitar, ditiup laksana seruling, ditepuk serasa gendang bahkan ditabuh persis drumb.

Cuma tiap petikan, tiupan, tepukan hingga tabuhan suara yang keluar tidak seperti yang diharapkan. Apalagi bila peralatan lengkap. Maka orkestra itu tak bakalan menghasilkan lagu, terdengar telinga saja bisa membuncah emosi kita. Itulah anak-anak disaat mereka tumbuh, disaat mereka menjalani hari, disaat mereka mengisi hari-hari kita.

Orang tua tak ada yang membenci cuma menyesuaikan harapan atau pikiran itu saja menjadi pekerjaan berat. Menjelang remaja, tidak mudah membentuk karakternya. Benar-benar semua harus terkendali, tidak boleh terlalu keras menarik atau mengulur begitu saja laksana benang layangan. Bisa jadi kita akan "kehilangan" mereka.

Makna kehilangan sama sekali bukan fisik toh kita tak bisa memiliki tubuh mereka apalagi pikiran dan jiwa mereka. Entah tiupan atau petikan yang menghasilkan nada merdu itu saja sudah menguras energi. Sungguh kami ingin berdamai dengan itu semua. Masya Allah, sudah seperti melewati hari yang berat. Memang sih tidak pernah ada yang bilang hidup ini mudah.

Anak-anakku, tahukah kalian kami sayang. Namun kadang kami khilaf karena ketakutan kami. Bayang-bayang segala yang terjadi diluaran sana sangat menghantui. Merelakan dan mempercayakan kalian pada tingkah atau tanggungjawab kalian yang kini berada diusia belasan begitu mencengkeram keras. Akibatnya menimbulkan luka.

Bila kalian terluka, kami juga bersedih apalagi bila kami yang menyebabkannya. Tidak ada secuilpun niat kami membuat kalian terluka. Kami tak pernah melupakan apa yang membuat kalian luka meski kalian selalu memaafkannya. Ingin rasanya kalian memahami kami yang sangat tidak sempurna dimata kalian. Apa daya inilah kemampuan kami, orang tua kalian.

Semoga kelak kami bisa lebih baik lagi untuk tidak membuat kalian menangis, menjadikan kalian bersedih, menumbuhkan kebencian dalam dada kalian.

Semoga senyum, canda dan tawa akan mampu menggantikannya.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates