06 September 2011

rumah dua misteri

yesss!! akhirnya liburan juga! aku merasa otak harus refreshing setelah menghadapi lembaran-lembaran soal begitu rumit. libur 2 minggu sudah cukup bagiku. sayangnya, mas Afin, kakakku, hanya libur seminggu karna dia sudah kelas enam, dan mau Ujian. jadi harus pakai latihan. seminggu untuk latihan dan seminggu lagi untuk liburan dan refreshing.aku sebelumnya diberi tugas oleh Pak Chomzi, guru bahasia indonesia, untuk membuat laporan tentang tempe. aku mengerjakannya saat seminggu terakhir.

nah, sekarang hari Sabtu. mas Afin sudah liburan. dia saat ini sedang futsal bersama teman2 sekolahnya. Papa juga futsal. hari ini juga hari pengambilan rapot. mama yang mengambilnya. jadilah aku yang tinggal sendirian di rumah bersama dik Adhan.

aku dirumah hanya bermain-main mobil-mobilan, jika bosan orang-orangan. aku tak mengajak dik Adhan bicara. aku hanya menanti raporku. apakah nilainya baik? rangking berapa aku sekarang? turunkah? mas Afin bilang, dia rangking sembilan. dia tahu karna diberi tahu temannya yang sudah mengambil rapor. aku agak takut, jangan-jangan aku kalah saja.

tiba-tiba ada sepeda masuk teras rumahku. aku was-was. aku melongok ke jendela. ternyata mas Afin bersama temannya. dik Adhan memandangnya. aku diam. mas Afin mengajak temannya itu ke tingkat atas untuk bermain PS. aku kembali melanjutkan lamunanku tadi.

"mah,"ujar dik Adhan tiba-tiba yang membunyarkan lamunanku. terdengar suara mesin motor. aku tahu, itu motor mama. aku segera melihat ke jendela. kulihat mama sedang memarkir motornya di teras rumah. dik Adhan menyambutnya. aku hanya membukakan pintu. mama masuk dengan membawa sebuah plastik hitam dan dua map yang membungkus rapor.

aku segera bertanya, "ma, aku Rangking berapa?"Mama menaruh map diatas piano. "rangking delapan. mas rangking sembilan,"jawab mama. aku lesu. kubuka langsung salah satu map yang berisi rapor milikku. kulihat namaku yang di-stabilo kuning. ternyata Rangking 7! dan, sayang, pararel 19. "ma, rangking tujuh, kok!"ujarku pada mama. kudengar derap kaki. kakakku turun bersama temannya tadi. lalu mas Afin melihat Rangking teman-teman sekelasnya bersama temannya yang datang bersamanya.

. . .

nah, aku sudah sampai di rumah Simbahku yang dari mama. sori aku tak menceritakan pengalamanku pada kalian. ntar kepanjangan, sih! lagipula, aku juga tak ingat yang terjadi saat perjalanan kerumah Simbah dari mama. rumah beliau sangat luas. dan beliau mempunyai beberapa petak sawah yang letaknya tak jauh dari rumah beliau. Simbahku, dari papa dan mama itu rumahnya luas semua. enak, kan? bedanya, simbah dari papa itu rumahnya agak-agak modern. sedang rumah Simbah dari mama rumahnya sangat tradisional.

huh, lama-lama bosan dirumah. papa mengajak kami ke sawah mbah kakung dengan naik motor. tentu saja aku mau. begitu pula mas Afin. dik Adhan diajak. mama ditinggal karna masih membersihkan rumah.

kami naik motor ke sawah. kami mendatangi sawah mbah yang letaknya dekat sebuah sekolah dasar negeri. disana kami tak menemukan mbah kakung, lantas kami pergi ke sawah yang satunya. nah, sudah sampai! kami meninggalkan motor di pinggir jalan, tak lupa dikunci stangnya. dari kejauhan, nampak samar-samar dua orang sedang bercakap-cakap. itu Mbah kakung dan temannya.

kami menghapiri Mbah kakung dan temannya itu. mbah kakung bercerita tentang sawahnya. aku duduk di rumput dan melihat pemandangan yang membentang luas dihadapanku. indah sekali.

Mbah kakung hendak pulang. beliau bawa sepeda. mas Afin membantu mendorong gerobak yang ditarik teman simbah. tak jauh jalannya. sebelumnya kami berfoto di depan sawah dan pemandangan di belakangnya.

kamipun pulang naik motor. kami memutuskan beristirahat dulu di cangkruk, sebuah gubuk yang dekat sawah, dan terbuka. angn sepoi-sepoi meniup rambut kami. "eh, dek Alma,"kata seseorang yang sedang naik motor. pengemudinya memberhentikan motor itu. aku membalas, "mbak Angel,"mbak Angel itu saudaraku. kami bersalaman.

karna sudah cukup lama di cangkruk, kami pulang. dirumah, mbak Angel dan keluarganya sudah sampai. aku dan mas Afin bermain bersama mbak Angel dan dik Akbar. pukul satu, keluarga mbak Angel hendak pulang ke Jogja, rumahnya. tapi mbak Angel ditinggal. sore itu, aku meng-sms mbak Salsa, saudaraku yang rumahnya di Semin, dekat Klaten. juga dekat rumah Simbah.
mbak, ke Klaten, ada mbak Angel, nih... kutnggu lama. tak ada jawaban. tiba-tiba Pakdhe Bambag, ayah mbak Salsa masuk. hm, tapi... tidak ada Mbak Salsa. ya sudah, paling sms-nya belum nyampe. aku pun noton TV sambil menunggu.

pukul lima, pakdhe Bambang pulang. katanya hendak menjemput mbak Salsa karna tahu ada mbak Angel juga. kami menunggu. "lama banget, ya..."keluh mbak Angel. aku mengiyakan. "ALLAHU Akbar..."adzan Maghrib berkumandang. "shalat dulu..."kata mamaku. "cepet-cepetan!"tantangku sambil berlari. "oke! siapa takutt!!!"jawab mas Afin mantab. aku dan mas Afin berlomba menuju tempat berwudhu. "yeee... aku menangg!!!"seruku bangga sambil membusungkan dada. "terang saja, kamu start duluan!"protes mas Afin. mbak Angel terakhir karna mengalah. kami bertiga shalat Maghrib berjamaah. barusan kami selesai shalat, Mbak Salsa, ayah, dan ibunya datang. lalu mereka segera shalat.

kami makan-makan di sebuah warung yang cukup ramai. aku, mas Afin, mbak Angel, dan mbak Salsa berlomba. siapa yang menghabiskan makan dan minum tercepat, dialah pemenangnya. kami juga memakai sambal agar lebih seru. aku menang. mas Afin kedua karna tidak begitu semangat dan perut tidak lapar. mbak Angel ketiga karna kebanyakan sambal. sedang mbak Salsa keterakhir karna masih kenyang dan makannya santai-santai saja. dia juga tak berniat berlomba. adzan berkumandang. kami bergegas shalat isya'. lalu kami menonton TV. sementara ortuku, mbah, pakdhe-Bude berbincang-bincang di ruang makan.

"mainan, yuk!"ajak mas Afin yang sudah bosan menonton TV terus-terusan. "main apa? sayang kita tak bawa kartu tadi,"kataku. "m, siapa tahu, mbah punya kartu!"kata mbak Angel. "bisa juga karna kita mendapat kartu dari rumah simbah,"kataku. "yuk, tanya Mbah!"ajak mbak Angel semangat. kami berempat menghampiri mbahti. "mbah, disini ada kartu?"tanya mas Afin. mbahti merogoh saku baju mbah kakung yang digantungkan. tangannya keluar bersama sebuah kotak kartu. lalu beliau memberikan kartu itu pada kami. mas Afin yang menerima. "makasih Mbah!"kata kami serempak. mbahti mengiyakan. kami langsung melesat pergi. lalu kami keasyikan bermain kartu. bosan main kartu, kami bercerita tentang hari kiamat, tanda-tandanya, hal yang bersangkut-paut, dan tentang penampakan.

ternyata mbak Salsa juga ditinggal. "ayo tidur, sudah mau jam sepuluh,"kata Bude. "pipis dulu sebelum tidur. biar ndak ngompol."lanjut beliau. kami beramai ramai menuju kamar mandi. mas Afin yang pertama kali masuk kamar mandi. kami semua menunggu. saat aku membuka air pancuran, tiba-tiba ember yang biasa digunakan untuk menimbang jatuh ke sumur. bersamaaan dengan itu, mas Afin keluar dari kamar mandi. mbak Salsa dan mbak Angel menjerit dan berlari. aku segera menutup keran air pancuran. aku ikut-ikutan berlari. mas Afin yang melihat kami pada lari, jadi ikut berlari.

kami menegang. "gara-gara cerita tentang hantu, jadi begini, deh!"kata mas Afin. kami akhirnya melanjutkan bermain kartu tanpa menyinggung kejadian tadi itu. karna sudah jam sepuluh lebih, kami disuruh tidur. "mas Afin tidur diluar sama dk Adhan, mbak Angel sama mbahti dikamar, dek Alma sama mbak Angel dikamar..."kata mama. "kai bertiga aja,"kataku. "muat?"tanya mama. mbak Angel dan mbak Salsa mengangguk. akhirnya mama mengizinkan.

waktu berjalan. tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 11.37. kami juga belum tidur. "aku lapar,"desahku. "aku juga!"kata mbak Salsa sambil duduk. "sama. yuk bikin mi!"kata mbak Angel. kami keluar kamar sambil mengendap-endap. lalu kami membuat mi. "mi-nya dua aja, nanti nggak habis,"kataku. aku dan mbak Salsa memperhatikan mbak Angel yang sibuk membuat mi. aku melihat-lihat sekeliling dapur yang luas. "hiii... lihatin, tuh, lukisan yang warnanya biru! serem bener!"kata mbak Salsa bergidik sambil memegang lengan mbak Angel. aku melihat lukisan yang dimaksud. "wah, bener! mbak Angel, lihat! serem...!!!"kataku ikut bergidik. tubuhku gemetaran. karna gemetar, aku tak bisa melihat lukisan itu dengan jelas. dan aku hanya melihatnya sekilas.

"matanya serem!"kata mbak Salsa. "kayak melototin kita."lanjutnya. "ih, jangan gitu! aku jadi takut,"kata mbak Angel tanpa melihat lukisan biru tua yang dimaksud. aku diam. "mbak Angel berani banget,"pkirku. "dah jadi! eh, nggak ada mangkok besar ya?"kata mbak Angel sambil mematikan api. "makannya pakai panci aja,"usulku. "ambilin sendok, mbak Sal,"kata mbak Angel. mbak Salsa cepat-cepat mengambil tiga sendok. aku dan mbak Salsa keluar dapur lewat sebelah kanan karna ditengah dapur ada tiga motor. sedang mbak Angel yang membawa panci lebih memilih lewat kiri.

tiba-tiba "DUK DUK DUK!!!"ada seseorang yang menggedor pintu dapur! mbak Angel menjerit karna dia sedang berada di dekat pintu dapur. aku juga menjerit. aku lari terbirit-birit. mbak Angel yang memegang panci panas berjalan cepat cepat keluar dari dapur. mbak Salsa yang tak mendengar gedoran pintu tadi hanya ikut lari. papa dan mbahti datang karna mendengar jeritan kami. mbahti menemani kami makan. kami makan dengan tak nafsu sama sekali karna masih kaget dan tegang. misteri! siapa yang menggedor pintu? aku tiba-tiba teringat kejadian saat mau pipis tadi. wah... misterius! RUMAH DUA MISTERI!!




0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates